REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Crimea SOS yang berkontribusi pada de-okupasi dan reintegrasi Krimea ke Ukraina Alim Aliev berkunjung ke Masjid Istiqlal di Indonesia. Di sela-sela kunjungannya ke Masjid Istiqlal, Alim menceritakan kondisi umat Islam Krimea di Ukraina kepada Republika.co.id.
Alim mengatakan, selama sembilan tahun terakhir ada invasi Rusia ke wilayah Krimea di Ukraina. Invasi Rusia ini dimulai dengan melakukan okupasi sementara terhadap Krimea. Krimea adalah pusat populasi Muslim di Ukraina.
"Sejak 2014, Rusia secara sistematis melakukan persekusi terhadap kelompok Muslim Krimea, sejak 2014 ada sekitar 4.000 kasus pelanggaran HAM yang terjadi, sebagian besar kasus melibatkan warga Krimea," kata Alim saat berbincang dengan Republika.co.id di Masjid Istiqlal, Selasa (7/2/2023).
Menurutnya, Rusia sebagai kekaisaran ingin menjajah Krimea, dan yang dilakukan Rusia adalah penjajahan. Mereka ingin menghancurkan identitas, tata kelola pemerintahan, budaya dan bahasa.
Alim yang juga menjabat sebagai Wakil Direktur Jenderal Institut Ukraina yang mempromosikan Ukraina dan pakar hubungan bilateral melalui diplomasi publik dan budaya ini menyampaikan, berkaitan dengan persekusi, ada lebih dari 100 orang Krimea yang dipenjara. Mereka dituduh dengan menggunakan pasal-pasal yang berkaitan dengan terorisme dan ekstremisme.
Alim mengatakan padahal sejak zaman dulu, saat Krimea masih di bawah Uni Soviet sampai sekarang selalu mengedepankan pendekatan non-kekerasan. Alim juga mengaku sebelum Rusia melakukan okupasi sementara terhadap Krimea pada 2014, umat Islam Krimea bisa bebas beraktivitas dan menjalankan keyakinannya. Muslim Krimea bebas merayakan hari besar agama, beraktivitas sosial dan berpolitik.
"Tapi sejak okupasi sementara oleh Rusia di 2014, semua sudah berhenti (aktivitas Muslim terganggu). Oleh karena itu korban pertama dari federasi Rusia ini adalah Muslim Ukraina," ujar Alim.