Jumat 03 Feb 2023 13:17 WIB

Ekstremis Anti-Muslim Rasmus Paludan Terlibat Kasus Obrolan Mesum dengan Anak

Paludan melakukan percakapan mesum di platform media sosial Discord.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Stram Kurs, Rasmus Paludan, membakar salinan Alquran sambil diawasi oleh petugas polisi saat dia melakukan protes di luar kedutaan Turki di Stockholm, Swedia, 21 Januari 2023. Ekstremis Anti-Muslim Rasmus Paludan Terlibat Kasus Obrolan Seks dengan Anak
Foto:

Menanggapi cerita eksplisit Paludan, pengguna lain bertanya kepada Pengguna #1, "Ya, tetapi apakah Anda bekerja di Netto, atau apa? Berapa umur Anda?" Pengguna #1 menjawab, "Saya tidak bekerja di Netto, saya berusia 14 tahun."

Meski menyadari penontonnya di bawah umur, Paludan juga memberi tahu salah satu pengguna pada 14 Agustus 2021, bahwa dia tidak berpakaian saat berjalan di sekitar dapur. Selain itu, Paludan juga berbicara tentang Islam kepada anak laki-laki di kanalnya. Ini menjadi upayanya untuk "mendidik" atau "menjelaskan" kepada mereka, mengapa dia tidak menyukai Islam.

Paludan mulai menggunakan Discord setelah akun YouTube-nya dihapus pada Februari 2020. Dia tidak menghadapi tuntutan hukum atas obrolan yang tidak pantas, tetapi telah didakwa dengan total 14 pelanggaran di masa lalu, seperti rasisme, pencemaran nama baik, maupun pelanggaran peraturan lalu lintas.

Latar belakang kriminalnya juga mengungkapkan dia pernah dijatuhi hukuman 2-3 bulan penjara dan tidak diizinkan mengemudi untuk jangka waktu tertentu, atau bekerja sebagai pengacara selama tiga tahun. Baru-baru ini, paludan membakar salinan Alquran di luar gedung kedutaan Turki di Swedia. Meski mendapat kecaman internasional, Paludan bersumpah akan membakar kitab suci itu setiap Jumat hingga Swedia masuk dalam aliansi NATO.

Swedia dan Finlandia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO Mei lalu, mengabaikan non-blok militer selama beberapa dekade. Keputusan ini dipicu oleh aksi militer Rusia terhadap Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari 2022.

Tetapi Turki, anggota NATO selama lebih dari 70 tahun, menyuarakan keberatan. Turk menuduh kedua negara ini mentoleransi dan bahkan mendukung kelompok teroris, termasuk PKK dan Organisasi Teroris Fetullah (FETO), kelompok di balik upaya kudeta 15 Juli 2016 di Turki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement