"Serangan baru-baru ini yang menargetkan umat Islam dan menghina nilai-nilai suci adalah kejahatan kebencian. Dengan kedok kebebasan berekspresi, tidak dapat diterima untuk secara terbuka melakukan kejahatan kebencian terhadap umat Islam," kata Erdogan, dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (2/2/2023).
Pernyataannya muncul setelah ekstremis Denmark-Swedia Rasmus Paludan pekan lalu membakar salinan Alquran pada dua kesempatan terpisah, di luar Kedutaan Besar Turki di Swedia dan kemudian di depan sebuah masjid di Denmark. Paludan mengatakan dia akan membakar kitab suci umat Islam setiap Jumat sampai Swedia diterima di aliansi NATO.
Edwin Wagensveld, seorang politikus sayap kanan Belanda dan pemimpin kelompok Islamofobia, Pegida, juga merobek halaman-halaman Alquran di Den Haag dan membakar halaman-halaman itu di dalam panci. Dia memposting video tentang tindakan tersebut.
Mengharapkan sekutunya untuk mengatasi masalah keamanan Turki, dia mengatakan, sampai saat ini tidak mendukung tawaran NATO Swedia. "Selain itu, kami mengevaluasi proses keanggotaan Finlandia secara berbeda. Jika Finlandia mengelola proses seperti sekarang, kami akan melakukan bagian kami," jelasnya.
Swedia dan Finlandia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO Mei lalu, sebuah keputusan yang dipicu oleh perang Rusia melawan Ukraina. Di bawah memorandum yang ditandatangani Juni lalu antara Turki, Swedia, dan Finlandia, kedua negara Nordik itu berjanji mengambil langkah-langkah melawan teroris untuk mendapatkan keanggotaan dalam aliansi NATO.
Dalam perjanjian tersebut, Swedia dan Finlandia setuju tidak memberikan dukungan kepada kelompok teror seperti PKK dan cabangnya, Organisasi Teroris Fetullah (FETO). Mengekstradisi tersangka teror ke Turki, di antara langkah-langkah lainnya.