REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Korban meninggal akibat bom bunuh diri di sebuah masjid di barat laut Pakistan kini menjadi 95 orang pada Selasa (31/1/2023). Serangan tersebut adalah salah satu serangan paling mematikan terhadap pasukan keamanan Pakistan dalam beberapa tahun terakhir.
Masjid yang menjadi sasaran itu berada di dalam lingkungan fasilitas kepolisian. Kepala Polisi Kota Peshawar, Muhammad Ijaz Khan menyampaikan serangan bom bunuh diri itu merupakan serangan balas dendam yang ditargetkan terhadap otoritas polisi.
"Kami berada di garis depan mengambil tindakan terhadap militan dan itulah mengapa kami menjadi sasaran," kata Khan, dikutip dari The New Arab, Selasa (31/1/2023).
Dia menuturkan, tujuan dari serangan ialah melemahkan semangat kekuatan polisi sebagai sebuah kekuatan. Dilaporkan, ada lebih dari 300 jamaah yang sedang sholat di masjid di kota Peshawar ketika pelaku bom meledakkan rompi peledaknya pada Senin (30/1/2023) pagi. Ledakan itu merusak masjid dan menghancurkan sebagian atap, serta melukai dan menewaskan banyak orang.
Petugas polisi, Zafar Khan mengatakan ambruknya atap membuat banyak orang terluka sehingga melukai lebih banyak lagi. Tim penyelamat harus memindahkan gundukan puing untuk menjangkau jamaah yang masih terperangkap di bawah reruntuhan.
Juru bicara rumah sakit pemerintah di Peshawar, Mohammad Asim menyebutkan ada lebih banyak jenazah yang diangkut pada Senin malam hingga Selasa pagi. Beberapa dari mereka yang terluka parah menghembuskan nafsa terakhirnya. "Kebanyakan dari mereka adalah polisi," kata Asim tentang para korban.
Bilal Faizi, kepala petugas penyelamat mengatakan tim penyelamat masih bekerja pada Selasa (31/1/2023) di lokasi. Hal ini karena masih ada banyak orang yang terjebak di dalam reruntuhan.
Para pelayat menguburkan para korban pengeboman di kuburan yang berbeda di kota dan di tempat lain. Pengeboman itu juga melukai lebih dari 150 orang. Belum diketahui pasti bagaimana pengebom bisa menyelinap ke dalam kompleks bertembok di zona keamanan tinggi dengan gedung-gedung pemerintah lainnya hingga ke masjid.
Ghulam Ali selaku Gubernur di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa di mana Peshawar adalah ibu kotanya, menyatakan bagaimana pengebom memasuki masjid. "Ya, itu celah keamanannya," tambahnya.
Perdana Menteri Shahbaz Sharif telah mengunjungi sebuah rumah sakit di Peshawar setelah pengeboman. Dia berjanji menindak tegas terhadap mereka yang berada di belakang serangan itu.
"Skala besar dari tragedi kemanusiaan tidak terbayangkan. Ini tidak kurang dari serangan terhadap Pakistan," cuitnya.
Dia menyatakan belasungkawa kepada keluarga para korban, dan menyebut rasa sakit mereka tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Pihak berwenang belum menentukan siapa yang berada di balik pengeboman itu.
Tak lama setelah ledakan, Sarbakaf Mohmand, seorang komandan Taliban Pakistan, yang juga dikenal sebagai Tehreek-e-Taliban Pakistan atau TTP, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dalam sebuah unggahan di Twitter. Namun beberapa jam kemudian, juru bicara TTP Mohammad Khurasani menjauhkan kelompok itu dari pengeboman. Dia mengatakan, kelompoknya tidak membuat kebijakan menyasar masjid, seminari, dan tempat-tempat keagamaan.
Bahkan dia menekankan, orang-orang yang mengambil bagian dalam tindakan semacam itu dapat menghadapi tindakan hukuman di bawah kebijakan TTP. Namun pernyataannya tidak membahas mengapa seorang komandan TTP mengaku bertanggung jawab atas pengeboman tersebut.
Pakistan, yang sebagian besar Muslim Sunni, mengalami lonjakan serangan militan sejak November 2022, tepatnya ketika Taliban Pakistan mengakhiri gencatan senjata mereka dengan pasukan pemerintah.