REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dia adalah alim yang mutawadhi’, yang merendahkan dirinya di hadapan auliya Allah, mengemis ma’rifatullah, dan ridha Allah swt. Kesungguhannya dalam mencari ma'rifatullah menjadi kisah memotivasi banyak orang yang bercita – cita menjadi ‘arifun seperti dirinya.
Nama lengkapnya adalah Muhammad Zaini Abdul Ghani Alaydrus (1942-2005). Silsilahnya bersambung kepada Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, seorang alim pendakwah Islam yang masyhur di Kalimantan. Silsilahnya kira-kira begini:
Muhammad Zaini bin Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.
Dari syekh Arsyad al-Banjari, silsilah ke atasnya bersambung ke penghulu Alaydrus, yaitu shahibur ratib al-Imam Abdullah bin Abu Bakar Alaydrus dan terus ke al-faqih al-muqaddam, sampai kepada Fathimah az-Zahra binti Rasulillah SAW.
Hidupnya penuh dengan kearifan akhlak mulia. Pernah pada saat kecil dia bermain dengan batang pohon pisang. Kemudian ayahnya menyaksikan hal itu dan mengatakan dengan tutur kata yang halus, bahwa apa yang dijadikan mainan itu bisa dibuat sayuran dan dimakan bersama. Zaini kecil yang dipanggil Qusyairi langsung memberikan mainan itu kepada sang ayah.
Sejak kecil dia hidup dalam ketaatan dan kekhusyuan ibadah kepada Allah SWT. Hidupnya dan wafatnya dipenuhi dengan doa dan ibadah. Sepanjang hidupnya dia banyak berdoa. Dan kini setelah wafat, namanya selalu disebut dan didoakan banyak orang yang cinta kepadanya.
Pada saat remaja, dia pernah belajar di Pulau Jawa. Suatu ketika dia menyempatkan diri belajar di Masjid ar-Riyadh Solo, tempat Habib Anis bin Alwi bin Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi berdakwah. Guru Sekumpul ketika itu kagum dengan Habib Anis karena menyaksikan tanda ma'rifatullah dalam diri sang alim. Guru Sekumpul muda belajar kepada Habib Anis, mereguk cahaya Allah melalui wasilah Anis yang dikenal sebagai the smiling habib.
Hubungan dengan Habib Anis terus berlanjut. Bahkan Habib Anis pernah membawa rombongannya ke tempat Guru Sekumpul untuk sama-sama berdoa dalam sebuah majelis. Pada saat itu, suasana majelis begitu khas, karena ketika membaca Maulid Simthud Durar, ada keturunan shahibul maulid, yaitu Habib Anis, membersamai mereka. Ribuan orang tumpah ruah meramaikan majelis dzikir itu.
Guru Sekumpul wafat pada 2005, atau 18 tahun lalu, tapi namanya tetap dikenang banyak orang dengan harapan, Allah melimpahkan kasih saying-Nya kepada banyak orang, sebab ‘inda dzikris shalihin tanzilur rahmah. Ketika menyebut nama orang-orang shaleh, yaitu para kekasih Allah, maka Allah melimpahkan kasih sayang-Nya.
Haul Guru Sekumpul pada Kamis 26 Januari 2023 dipenuhi munajat dan dzikrus shalihin. Insya Allah, kasih sayang Allah tumpah ruah dalam munasabah tersebut.
Adapun sejumlah karya tulisnya antara lain Risalah Mubaraqah, Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muhammad bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Hasani As-Samman Al-Madani, Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah dan Nubdzatun fi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil a’zham Muhammad bin Ali Ba’alawy atau yang dikenal dengan al-faqih al-muqaddam.