Rabu 11 Jan 2023 23:06 WIB

Cendekiawan Muslim Timur Tengah Kunjungi Xinjiang, Puji Langkah China Atas Uighur

Cendekiawan Timur Tengah menilai langkah China atas Uighur di China tepat

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Pusat pendidikan keterampilan di Xinjiang untuk Muslim Uighur (ilustrasi). Cendekiawan Timur Tengah menilai langkah China atas Uighur di China tepat
Foto: Reuters/Thomas Peter
Pusat pendidikan keterampilan di Xinjiang untuk Muslim Uighur (ilustrasi). Cendekiawan Timur Tengah menilai langkah China atas Uighur di China tepat

REPUBLIKA.CO.ID, UIGHUR–Delegasi cendekiawan Muslim dari Arab Saudi, Suriah, dan Uni Emirat Arab (UEA) mengunjungi Provinsi Xinjiang yang selama ini pemerintah China dituduh melakukan genosida terhadap Uighur. 

Para cendekiawan tersebut merupakan bagian dari delegasi dari Dewan Komunitas Muslim Dunia (TWMCC), sebuah organisasi yang didukung UEA.

Baca Juga

Dilansir dari The New Arab, Selasa (10/1/2023), TWMCC menyebut selama di Xinjiang, delegasi mengunjungi apa yang disebut 'Museum Pemberantasan Terorisme dan Ekstremisme'.

Dalam sebuah pernyataan, Ketua organisasi Ali Rashid al-Nuaimi, seorang Emirat, kemudian memuji upaya otoritas China dalam memerangi terorisme di Xinjiang.

Pemerintah China selama ini telah dituduh menahan lebih dari satu juta warga Uighur dan minoritas Muslim lainnya di kamp-kamp, sebagai bagian dari tindakan keras di Xinjiang yang diluncurkan pada 2017.

Pegiat HAM menuduh China melakukan pelanggaran termasuk penahanan massal, kerja paksa, sterilisasi wajib, dan penghancuran situs budaya dan agama Uighur.

Amerika Serikat dan beberapa negara lain menyebut tindakan China di Xinjiang sebagai "genosida", dan menjatuhkan sanksi atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia. 

Beijing kemudian membantah tuduhan itu, mengklaim kebijakannya telah membantu memerangi ancaman ekstremisme Islam.

Ketua TWMCC, al-Nuaimi, juga merupakan anggota Dewan Nasional Federal Uni Emirat Arab, hampir merupakan badan parlementer. 

Sementara Uni Emirat Arab telah dituduh membantu China untuk menganiaya warga Uighur di negara tersebut, dengan mengizinkan Beijing menggunakan "situs hitam" untuk memikat dan menahan mereka. 

Baca juga: Al-Fatihah Giring Sang Ateis Stijn Ledegen Jadi Mualaf: Islam Agama Paling Murni

Sementara itu, akhir 2022 lalu, lebih dari 50 kelompok Uighur mendesak kepala negara dan pemimpin organisasi internasional yang bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pekan ini di Arab Saudi untuk mengutuk kejahatan kekejaman China terhadap Uighur. Mereka mendesak penghentian genosida di wilayah Xinjiang

Xi Jinping yang melakukan kunjungan kenegaraan selama tiga hari ke Arab Saudi, menandatangani perjanjian kemitraan strategis komprehensif dengan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud. Selama awal kunjungan, perusahaan China dan Arab Saudi menandatangani lebih dari 30 perjanjian investasi.

“Dalam berbagai kesempatan, organisasi Uighur telah menyatakan kekecewaan besar mereka atas sikap diam negara-negara mayoritas Muslim atas genosida Uighur, yang melibatkan penahanan sewenang-wenang terhadap jutaan orang Uighur di kamp-kamp konsentrasi, di mana mereka dipaksa untuk meninggalkan keyakinan dan praktik keagamaan mereka,” jelas kelompok itu dalam sebuah pernyataan dilansir dari Radio Free Asia, Kamis (8/12/2022).  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement