Ahad 08 Jan 2023 04:44 WIB

Syekh Ahmad Naeno, Mualaf Asal Jepang yang Begitu Takjub dengan Islam Indonesia

Syekh Ahmad Naeno menyatakan mualaf sejak usia remaja hingga akhirnya mendalami Islam

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Syekh Ahmad Naeno menyatakan mualaf sejak usia remaja hingga akhirnya mendalami Islam
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Perjumpaan sosok yang mempunyai nama asli Steve Naoki ini dengan Islam sungguh tidak terduga. Semua bermula ketika Naoki mendapat kesempatan pertukaran pelajar di Melbourne, Australia. 

Pemuda yang ketika itu berusia 17 tahun itu tiba di Melbourne dengan perasaan yang ringan. Di bandara, ayah dan ibu angkat menyambutnya dengan ramah. Di luar dugaan Ahmad, keluarga tersebut merupakan pemeluk Islam.

Baca Juga

Awalnya, ia mengira orang-orang kulit putih ini beragama Kristen, seperti umumnya penduduk Australia. Inilah kali pertama dirinya berinteraksi dan bahkan tinggal serumah dengan orang-orang Muslim. Mulai terbayangkan dalam benaknya perihal stereotipe pemeluk kepercayaan ini.

Berbagai pemberitaan yang pernah didengarnya cenderung memojokkan citra Islam. Agama tersebut acap kali disangkutpautkan dengan gerakan ekstremisme dan terorisme. Kesan negatif itu menimbulkan sebersit bayangan kecemasan pada dirinya.

Tidak mungkin Ahmad kembali lagi ke Jepang. Tidak ada pilihan kecuali mengikuti seluruh rangkaian program pertukaran pelajar ini hingga tuntas. Di luar perkiraannya, semua kekhawatiran itu sirna sudah. Sebab, perilaku dan sifat keluarga angkatnya begitu hangat nan bersahabat.

Mereka memperlakukannya dengan sangat santun dan murah hati. Kapan pun Ahmad memerlukan bantuan, kedua orang tua angkatnya selalu ada. Bahkan, tanpa diminta pun sering kali orang-orang Muslim tersebut menolongnya, bahkan untuk urusan sepele, semisal menyediakan kudapan (snack) kala dirinya belajar.

Bagi Ahmad, mereka adalah orang Islam yang sesungguhnya. Amat jauh karakteristiknya dari kesan-kesan ekstremis atau teroris. Dan, perlahan-lahan pandangannya yang semula skeptis terhadap Islam kian meredup dan hilang sama sekali.

Dari obrolan beberapa kali, Ahmad pun mengenal bahwa mereka berasal dari keturunan imigran. Leluhur ayah angkatnya itu adalah orang Mesir yang hijrah ke Australia beberapa dekade silam. Karena latar belakang itulah, mereka selalu berprinsip bahwa tamu mesti dimuliakan, tidak pernah dianggap sebagai orang asing.

Mereka juga mengatakan, Islam mengajarkan adab terhadap tamu. Para nabi, termasuk Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW, memberikan contoh teladan terbaik dalam hal ini. Mendengar itu, Ahmad mulai mengagumi ajaran agama tauhid.

Bagaimanapun, ia belum sampai tertarik untuk berislam. Ahmad ketika itu sekadar mengapresiasi tradisi orang-orang Muslim. Lebih dari itu, hatinya tersentuh oleh kebaikan para pemeluk Islam, sebagaimana yang ditunjukkan orang tua angkatnya selama di Australia.

Ketika durasi pertukaran pelajar usai, tibalah saatnya untuk kembali ke Jepang. Sebagai kado perpisahan, ayah angkatnya memberikan banyak pustaka, termasuk mushaf Alquran yang dilengkapi terjemahan berbahasa Inggris. Bacalah buku ini dan resapi maknanya, ujar Ahmad Maeno menirukan perkataan orang Australia tersebut, seperti dilansir Republika dari laman Youtube Towards Eternity, beberapa waktu lalu.

Remaja itu merasa senang dengan pemberian dari mereka. Sesampainya di Jepang, ia pun membaca buku-buku tersebut. Mushaf kitab suci itu juga ditelaahnya walaupun tidak sampai khatam.

Beberapa bulan kemudian, ia kembali lagi ke Australia untuk suatu urusan. Maka itu, Ahmad menyempatkan diri untuk menyambangi Melbourne. Keluarga angkatnya menyambutnya dengan hangat.

Ia sempat bermalam di rumah mereka. Sesudah makan malam, Ahmad mengobrol dengan seorang anak laki-laki mereka. Pemuda yang satu tahun lebih tua darinya itu menuturkan banyak hal tentang Islam.

Baca juga: Al-Fatihah Giring Sang Ateis Stijn Ledegen Jadi Mualaf: Islam Agama Paling Murni

 

Dijelaskannya pula mengenai kehebatan Alquran. "Banyak fakta saintifik yang sudah disebutkan Alquran 1.400 tahun lebih awal daripada para ilmuwan modern," ucap Ahmad menirukan perkataannya.

Ketika itu, Ahmad merasa agak jengkel. Sebab, dirinya seperti diceramahi oleh anak muda tersebut. Baginya, siapa pun tidak perlu dibujuk untuk memercayai suatu keyakinan.

Momen kesadaran

Setelah lulus dari SMA, Ahmad Maeno melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Untuk itu, ia mesti merantau ke luar kota tempatnya berasal. Selama di perantauan itulah, dirinya mulai sering melakukan kontemplasi.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement