REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Santri dikenal sebagai kelompok masyarakat yang taat beribadah dan mengaji keislaman. Mereka adalah kalangan yang menjunjung tinggi keimanan, akhlak mulia, dan khidmah kepada bangsa.
Dalam perkembangannya, santri ternyata juga beraktivitas membangun usaha mikro, kecil, menengah, bahkan besar. Peranan mereka dalam menjalankan dunia usaha sangat khas, karena dibarengi dengan akhlak mulia, yang membuat banyak orang optimistis bahwa santri pebisnis menjunjung tinggi amanah, dan banyak dipercaya orang.
Karena itulah, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen meminta agar potensi berwirausaha di kalangan santri bisa lebih dikembangkan lagi guna mendukung peningkatan perekonomian di daerah masing-masing.
“Harapannya nanti pasti ini akan membuka peluang usaha, baik itu untuk pribadi maupun di pondok pesantren. Bahkan lingkungan ponpes akan dipekerjakan atau diajak untuk memiliki income dari UKM itu," kata Wagub saat menghadiri Santripreneur Award yang digelar Muslim Trade Centre (MTC) Jawa Tengah di Semarang, pean lalu.
Orang nomor dua di Jateng itu berharap melalui Santripreneur Award para santri yang ada di berbagai daerah di Jateng akan mendapat pelatihan dan pendampingan dari pemerintah daerah, Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Bank Indonesia, serta para pemangku kepentingan terkait.
Para santri tidak hanya dilatih membuat beragam produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bermutu dan berkualitas, tapi juga yang berkelanjutan.
“Saya berterima kasih karena para santri akan dilatih di Santripreneur Award untuk menjadi pengusaha atau entrepreneur yang andal. Dan mereka didampingi dilatih nanti dari perbankan dari Bank Indonesia maupun dari BSI nanti juga akan berkolaborasi untuk memberikan modal baik itu lewat CSR atau pinjaman lunaknya," ujarnya.
Menurut dia, Santripreneur Award merupakan salah satu bentuk pemberdayaan santri karena tidak semua lulusan ponpes harus menjadi ustaz. Apalagi setiap tahun ada banyak santri yang telah menamatkan pendidikannya di ponpes. Alumni ponpes diharapkan ada yang menjadi pengusaha, wakil gubernur, pegawai pemerintah, dan sebagainya.
Apabila satu ponpes di dalamnya ada 200 santri dan ditambah para alumni ponpes, maka mereka akan memberikan potensi besar untuk membangkitkan ekonomi Indonesia, termasuk ekonomi Jateng. Jika semua menggelorakan kampanye "Cintailah Produk Dalam Negeri dan Cintailah Produk Santri?, lanjut Wagub, maka ekonomi berbasis ponpes akan terus meningkat.
"Santripreneur ini akan membuka peluang usaha bagi santri dan masyarakat sekitarnya. Ini potensi besar dan akan memberikan efek domino dengan munculnya entrepreneur yang ada di pesantren. Bayangkan di Jateng ada lebih dari 400 pondok pesantren," katanya.