Penulis ESPN Mark Ogden menulis dalam tweet yang sekarang sudah dihapus: "Semua foto dirusak oleh seseorang yang membuatnya memakai jubah seperti orang yang akan potong rambut."
Kritik tersebut disebut "bodoh" dan "rasialis" oleh banyak orang yang memahami signifikansi budaya dari bisht tersebut. Para penggemar mengatakan Messi tampak senang mengenakannya.
“Jubah bisht adalah untuk menghormati Messi bukan untuk menutupi bajunya. Dan saya tidak melihat Messi mengeluh, jadi mengapa kamu melakukannya?" tulis pengguna Twitter, Gee.
Aktor dan komedian Inggris-Iran Omid Djalili juga mempertimbangkan debat tersebut. "Messi diberi bisht, pakaian status yang dikenakan pada acara-acara khusus oleh pria Arab yang diasosiasikan dengan keluarga kerajaan, tidak dijelaskan di komentar Inggris," tulis Djalili
Beberapa juga menyebut standar ganda dalam reaksi media, menunjuk pada mantan pemain sepak bola Brasil Pelé yang mengenakan sombrero selama kemenangan Piala Dunia Brasil di Meksiko pada 1970. “Mereka membuat Pele mengenakan topi Meksiko dan menganggapnya sebagai koeksistensi budaya, tetapi ketika Qatar melakukannya, Barat yang munafik menjadi gila," tulis pengguna Twitter Turbo.
Messi enters the Pantheon of Pele & Maradona (dressed as a brothel owner from Mar del Plata) #WorldCupFinal pic.twitter.com/iX52GG7dhO
— Omid Djalili (@omid9) December 18, 2022