REPUBLIKA.CO.ID, Pakar ekonomi syariah yang juga anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), Yulizar Djamaluddin Sanrego, mengatakan, berperilaku hemat merupakan amal saleh. Hemat menimbulkan kebaikan dan menjauhkan keburukan.
Dia mencontohkan orang yang menerapkan perilaku hemat dalam aktivitas makanan, maka tidak akan boros dan berlebih-lebihan, baik dalam membeli maupun mengonsumsi makanan. Sebab, berlebihan dalam kegiatan makan dapat menyebabkan timbulnya penyakit, pada sisi lain akan membuat besarnya pengeluaran keuangan.
Hemat dalam Islam itu melakukan sesuatu sesuai kebutuhan. Termasuk dalam perintah untuk berperilaku hemat yang kemudian bisa menjadikan seseorang dinilai berbuat amal saleh. Bahkan, dalam urusan ibadah pun, diperintahkan untuk tidak berlebihan, misalnya dalam berwudhu tidak baik bagi seseorang menggunakan air berlebihan, kata Yulizar kepada Republika, beberapa hari lalu.
Perilaku hemat adalah ajaran Islam yang juga efektif dalam menghadapi resesi ekonomi.Seperti kisah Nabi Yusuf, dalam catatan sirah nabi dijelaskan bahwa Nabi Yusuf yang berhasil membantu raja Mesir mengatasi krisis yang melanda negerinya selama bertahun- tahun. Sebelum krisis terjadi, Nabi Yusuf menyarankan untuk berhemat dan menyiapkan ketahanan pangan dengan membuat lumbung dan melakukan manajemen yang cermat pada hasil panen.
Sebagaimana kisah Nabi Yusuf, mestinya akan efektif dalam menghadapi resesi. Ini juga pernah dilakukan Umar bin Khattab pada saat terjadi pandemi masa itu. Umar bin Khattab bisa meredam karena sebelumnya beliau melakukan investasi beberapa tanah, lalu di- switchmenjadi tanah wakaf yang kemudian ditasarufkan atau diinvestasikan, katanya.