Jumat 18 Nov 2022 14:30 WIB

Relasi RI-AS Sukseskan G-20 di Bali

G20 diadakan dalam kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja.

 Relasi RI-AS Sukseskan G-20 di Bali (Ilustrasi)
Foto: Ist
Relasi RI-AS Sukseskan G-20 di Bali (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhelatan G20 di Bali sedang berlangsung dengan penuh kehangatan persahabatan antar kepala negara yang hadir. Mereka mengeluarkan statemen masing-masing, berdiskusi, dan melakukan komitmen kerjasama dalam suasana yang indah, asri, hijau, pantai nan cantik, tarian khas pulau Dewata. Pada saat yang sama, 15 November 2022 di Citadines Sudirman, The Newton 1 at Ciputra World 2, Jakarta,  berlangsung acara talkshow “Relasi Indonesia-Amerika Serikat dalam Menyukseskan G20 di Bali yang diselenggarakan Rahim Perdamaian Dunia The Ibrahim Heritage Study for Peace.

Hadir dalam acara beberapa pembicara yaitu KH. Asnawi Ridwan, KH. Zainul Ma’aruf, KH. Roland Gunawan, Kiai Achmat Hilmi, Elisheva Stroos, Yokhanan Elyaho dan pembicara internasional kenamaan Amerika Serikat Niruban Balachandran serta Leo Yuwono selaku penerjemah Inggris-Indonesia.

KH. Mukti Ali Qusyairi sebagai host dalam talkshow memberi latar bahwa G20 diadakan dalam kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja. Ada krisis Kesehatan akibat pandemik, ekonomi, inflasi, dan perang Rusia-Ukraina. Krisis ekonomi dan inflasi akibat perang. Sebab dunia sudah menggelobal, satu negara dengan negara lain saling membutuhkan dan bahkan saling bergantung. Sedangkan AS merupakan salah satu negara penentu atas nasib dunia. Karena itu, sebagai Lembaga yang memperjuangkan tegaknya perdamaian, Rahim Perdamaian Dunia penting untuk mendikusikan tema ini.

Kiai Asnawi Ridwan menyatakan, kesejahteraan ekonomi hanya bisa dicapai jika adanya kedamaian, kerjasama, dan kesadaran bersama untuk menciptakan iklmi kebersamaan dan persahabatan.  Kiai Roland Gunawan mengapresiasi dan bangga bahwa ternyata Indonesia mampu menjadi presidensi dan tuan rumah G20 dengan sangat gemilang. Demikian Kiai Achmat Hilmi menyatakan bahwa Indonesia sudah memberi teladan sebagai negara yang damai. "Sehingga layak untuk menyuarakan perdamaian. Dan di Indonesia sebagai negara yang damai G20 diselenggarakan,"ujar dia. 

Selain soal G20, KH. Zainul Maarif menjelaskan tentang R20 sebagai bagian dari G20 yang diadakan PBNU di Bali dan Yogyakarta. Selaku panitia R20, KH. Zainul Maarif menyatakan bahwa di R20 seluruh agamawan dunia mengakui bahwa selama ini agama sebagai sumber masalah, dan mereka semua menyatakan ‘pengakua dosa’. Lalu berdiskusi berbagai solusi agar agama tidak menjadi sumber masalah lagi, bahkan menjadi solusi atas kebuntuan masalah.

"Di Yogyakarta ada kejadian menarik ketika orang-orang Hindu sembahyang, turun hujan, dan panitia dari NU memayungi mereka agar dalam sembahyang bisa khusyuk dan tidak kehujanan. Ini memberi pesan kepada India yang tahun depan menjadi tuan rumah G20 agar mencontoh R20 di Indonesia,"jelas dia.

Elisheva menyampaikan penjelasannya bahwa “G20 adalah negara-negara raksasa. Ini forum raksasa. Indonesia dianggap top dan pemimpin G20 sebagai afirmasi dunia pada keberadaan Indonesia. Dan ini luar biasa. Dan uniknya di G20 ada R20 tujuannya adalah perdamaian antar agama. Karena jika perang maka ekonomi juga akan hancur. Sehingga eksistensi ekonomi harus didukung dengan keadaan damai. Dan R20 diinisiasi oleh PBNU, dan di dalamnya terdapat orang-orang RAHIM”.

Sementara pembicara internasional Niruban Balachandran, direktur East-West Center sebuah lembaga resmi pemerintah AS dalam bidang penggalangan perdamaian Barat-Timur menyatakan Indonesia sudah terlibat di organisasi besar dan penting, seperti Opec, OKI, G7 adalah negara-negara berkembang yang cukup banyak itu, dan saat ini di G20 menjadi pemimpin. "Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan AS. Di antaranya termasuk 3 besar negara penganut demokrasi secara jumlah penduduk, yaitu: India, karena penduduknya 1 milyar lebih, AS, dan Indonesia. Dan persamaan moto antara Indonesia dan AS yaitu sama dengan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi satu,"jelas dia.

Pria jebolan Universitas Harvard dan pernah bekerja di World Bank selama 10 tahun ini melanjutkan, Indonesia memiliki wilayah yang lebar dan luas. Akan tetapi ekonomi masih terkonsentrasi di beberapa wilayah, belum merata. Negeri ini pun belum terlihat sudah mulai ada kota-kota kedua yang bisa berinvestasi, bukan hanya di Jakarta dan Surabaya, akan tetapi bisa di Semarang, Medan, dan yang lain. AS mengakui bahwa orang-orang Indonesia itu kreatif dan inovatif, dan ini sebagai aset. Terbukti Indonesia adalah negara terbanyak startup dan unicorn terbanyak se-Asia seperti Gojek, Tokopedia, Bulakapak, Belibeli, dan yang lainnya. "Tetapi Indonesia rentan pandemi, sehingga harus diperkuat parmasi, obat-obatan, dan terkait dengan ketahanan kesehatan. Selain itu, soal ketahanan pangan. Mengembangkan pangan, agriculture dengan teknologi terbarukan. Jadi intinya agar Indonesia kuat, mandiri dan imunitasnya lebih baik harus memperkuat starup, berbagai hal terkait parmasi untuk kesehatan, dan pangan.”

Dalam G20, AS berkomitmen untuk investasi 38 Triliun Rupiah ke Indonesia untuk digunakan transportasi sadar iklim dan berkualitas tinggi di tanah air dan akan digunakan untuk kerjasama AS-Indonesia lainnya, kerjasama di bidang Pendidikan, kerjasama proyek percontohan kesehatan dalam penyimpanan data kesehatan nasional elektronik, mendukung ekonomi indo-pasifik dan kerangka ekonomi Indo-Pasifik yang diinisiasi AS dan diikuti 14 negara termasuk Indonesia.

Ada 8 inisiatif baru kerjasama Indonesia-Amerika Serikat yang diluncurkan di G20 yang cukup mengejutkan bagi dunia yaitu: millennium challenge carporation (MCC) compact yakni mendukung teknologi tinggi dan mendukung pengembangan transportasi berkualitas tinggi yang memiliki standar sangat tinggi, sustainable fishing and marine biodiversity (perikanan dan keanekaragaman hayati laut yang berkelanjutan), carbon capture (terkait penanganan karbon), coas guard capacity-building (pembangunan kapasitas penjaga pantai), investing in food security & critical supply chains (investasi dalam keamanan pangan & rantai pasokan penting), reducing plastic pollution (mengurangi polusi plastik), greening public transit, investing in cutting-edge energy technology (berinvestasi dalam teknologi mutakhir). Jika ini bisa direalisasikan maka ke depan hubungan Indonesia-AS akan semakin kuat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement