REPUBLIKA.CO.ID,KUALA LUMPUR — Bank Islam Malaysia Bhd berencana untuk meningkatkan aset Syariah - lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) menjadi 4 miliar ringgit Malaysia (Rp 13,2 triliun) pada akhir 2025 dari 2,62 miliar ringgit Malaysia (Rp 8,6 triliun) pada Juni 2022.
Nilai pada bulan Juni 16,4 persen lebih tinggi dibandingkan dengan 2,25 miliar ringgit malaysia (Rp 7,4 triliun) yang dicatat tahun sebelumnya, bank mengatakan dalam sebuah pernyataan hari ini untuk mengumumkan peluncuran Kerangka Manajemen Risiko LST.
Ini mulai mengembangkan kerangka kerja pada kuartal ketiga tahun 2021 dengan tujuan memperkenalkan kerangka kerja manajemen risiko iklim dan ESG yang sesuai dengan tujuan dan meningkatkan pengawasan dewan bank tentang ESG dan masalah iklim.
Bank Islam akan memasukkan pertimbangan risiko LST dalam proses penilaian kreditnya dan memanfaatkan pengujian stres risiko iklim untuk meningkatkan kemampuan bank dalam mengatasi dampak perubahan iklim pada bank dan pelanggannya.
Chief executive officer grup Mohd Muazzam Mohamed mengatakan bahwa sebagai bagian dari aspirasi grup yang lebih luas untuk menjadi pemodal Islam terkemuka di Malaysia, mereka telah menerapkan pendekatan untuk mempertimbangkan profil risiko LST dari pelanggannya sebagai bagian dari proses awal pembiayaannya.
“Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan keberlanjutan pelanggan kami, karena sejalan dengan upaya global dan lokal utama regulator dalam membangun sistem keuangan yang tangguh,” katanya dilansir dari Bernama, Ahad (30/10).
Mohd Muazzam mengatakan selain mengembangkan kartu skor penilaian dan mekanisme untuk LST dan risiko iklim, bank juga akan mendukung pelanggannya dalam transisi mereka ke pembangunan rendah karbon dan berkontribusi pada ambisi bersih-nol Malaysia sebagai bagian dari inisiatif intermediasi berbasis nilai mereka.
Sumber: https://www.bernama.com/en/business/news.php?id=2133410