Pada acaranya 2013, Al-Qaradhawi mengatakan negara-negara Muslim sebagai negara yang lemah, dan meminta warga untuk menggulingkan pemerintah mereka dan melancarkan perang melawan semua yang menentang Ikhwanul Muslimin, menggambarkan mereka sebagai “khawarij” (musuh Islam).
Banyak intelektual dan komentator di dunia Arab memandang ceramahnya sebagai regurgitasi berbahaya dari dogma Islam yang tidak berhubungan dengan dunia modern.
Ketika pemberontakan dimulai di Mesir melawan pemerintahan lama Presiden Hosni Mubarak, Al-Qaradhawi mendukung para pengunjuk rasa dalam siaran TVnya dan mengeluarkan dekrit yang melarang personel keamanan menembaki mereka.
Sekembalinya ke Mesir pada 2011, dia mulai memimpin sholat Jumat bagi ratusan ribu orang di Tahrir Square sepekan setelah pengunduran diri Mubarak.
"Jangan biarkan siapa pun mencuri revolusi ini dari Anda, orang-orang munafik yang akan memasang wajah baru yang cocok untuk mereka," katanya kepada orang banyak.
Namun, Al-Qaradhawi dipaksa kembali diasingkan. Ia kembali ke pengasingan pada 2013 ketika militer menggulingkan penerus Mubarak, Mohammed Morsi, seorang loyalis Ikhwanul Muslimin, menyusul protes massa terhadap kebijakannya.
Al-Qaradhawi mengutuk apa yang dia sebut sebagai "kudeta" dan mengimbau semua kelompok di Mesir untuk mengembalikan Morsi ke jabatannya yang sah.
Al-Qaradhawi dijatuhi hukuman mati secara in absentia oleh pengadilan Mesir pada 2015 bersama dengan para pemimpin Ikhwanul lainnya.
Sumber: arabnews