REPUBLIKA.CO.ID, VICTORIA — Media sosial Twitter telah menjadi pusat utama penyebaran propaganda Islamofobia dan anti Muslim yang berdampak buruk bagi komunitas minoritas Muslim di seluruh dunia.
Seperti dilansir Iqna.ir pada Selasa (20/9/2022), hal ini dinyatakan dalam sebuah laporan yang disiapkan Dewan Islam Victoria (ICV) yaitu sebuah badan Muslim puncak di negara bagian Victoria, Australia yang mewakili sekitar 270 ribu anggota komunitas.
Sesuai penelitian yang diterbitkan Turkish Radio and Television Corporation (TRT) yang berkantor pusat di Istanbul Turki menyebutkan bahwa pengguna media sosial dari India, Amerika Serikat, dan Inggris menghasilkan 86 persen konten berbahaya antara 2017-2019, konten kebencian online menyebabkan serangan fisik terhadap Muslim dan masjid.
Tahun lalu, Persatuan Bangsa-bangsa mendorong masyarakat internasional untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memerangi diskriminasi terhadap Muslim dan melarang advokasi kebencian agama yang merupakan hasutan untuk melakukan kekerasan sambil memperingatkan bahwa kebencian anti-Muslim telah mencapai proporsi epidemi.
Laporan itu mengatakan perusahaan media sosial tidak mengindahkan masalah serius seperti itu meskipun peristiwa kebencian berulang kali disaksikan di berbagai bagian negara.
Kelambanan ini berdampak buruk pada komunitas minoritas Muslim di seluruh dunia, dengan situs microblogging Twitter menjadi sumber utama untuk proliferasi dan amplifikasi kebencian anti-Muslim.
Perusahaan media sosial sekarang harus memusatkan perhatiannya pada perilaku pengguna di tiga negara khususnya Amerika Serikat, Inggris, dan India yang menyumbang 86 persen yang mengejutkan dari konten anti Muslim di Twitter selama tiga tahun.
Studi ICV telah menemukan hampir empat juta unggahan anti Muslim yang dibuat selama periode 24 bulan antara 2017 dan 2019.
ICV juga menandai lingkaran setan kebencian yang bermanifestasi dalam serangan online dan offline terhadap komunitas secara global.
Pengguna India saja menghasilkan lebih dari setengah postingan yang penuh kebencian dan menyakitkan.
Di antara pengguna Twitter yang berbasis di India, peneliti menyalahkan partai yang berkuasa di India Bharatiya Janata Party (BJP) atas penyebaran dan penguatan kebencian anti Muslim dengan mengatakan BJP telah secara aktif menormalkan kebencian terhadap Muslim sehingga 55,12 persen anti Kicauan kebencian Muslim sekarang berasal dari India.
ICV juga menunjuk pada undang-undang diskriminatif yang menolak kewarganegaraan Muslim dan hak-hak sipil lainnya untuk munculnya kebencian anti-Muslim secara online di antara akun Twitter India.