Jumat 09 Sep 2022 13:31 WIB

KUPI Memaknai Ulama Perempuan Bukan Secara Biologis

Kongres Ulama Perempuan Indonesia II bahas lima isu.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
KUPI Memaknai Ulama Perempuan Bukan Secara Biologis. Foto: Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
KUPI Memaknai Ulama Perempuan Bukan Secara Biologis. Foto: Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) memaknai ulama perempuan bukan berdasarkan biologis. Ulama perempuan biologisnya bisa perempuan dan laki-laki, tapi mereka mempunyai kesamaan perspektif keadilan hakiki dan perspektif mubadalah.

Ketua Umum Panitia Pelaksana atau Organizing Committee (OC) KUPI II, Nyai Masruchah, mengatakan, KUPI memaknai ulama perempuan bukan secara biologis perempuan. Ulama perempuan bisa laki-laki dan perempuan yang mempunyai perspektif keadilan hakiki dan perspektif mubadalah.

Baca Juga

Nyai Masruchah, mengatakan, ada cukup banyak pihak yang mencetak ulama perempuan. Pemerintah Indonesia melalui Masjid Istiqlal juga mencetak ulama perempuan.  

"Imam Besar Masjid Istiqlal karena memandang penting hadirnya ulama perempuan, juga punya program beasiswa (untuk ulama perempuan)," kata Nyai Masruchah kepada Republika saat konferensi pers KUPI II di Jakarta, Kamis (8/9/2022)

 

Ia menyampaikan, Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) punya program Sarjana-Ulama Perempuan Indonesia (SUPI). Ada juga Rahima sebagai pusat pendidikan dan informasi Islam serta hak-hak perempuan. Di samping itu, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) juga punya agenda untuk mendukung ulama perempuan. Mereka mengapresiasi program ISIF dan Rahima.

 

Nyai Masruchah menambahkan, Ma'had 'Aly juga secara khusus mencetak ulama perempuan. Semua itu untuk mendukung ulama perempuan agar punya perspektif keadilan hakiki dan perspektif mubadalah. Jadi kalau ada isu diskriminasi dan kekerasan yang menyangkut perempuan, maka bisa direspon oleh ulama perempuan.

"Soal jumlah (ulama perempuan apakah sudah cukup, red) susah dinyatakan, tapi setidaknya ulama perempuan hadir di mana-mana dan mulai muncul serta diakui oleh publik. Negara dan masyarakat mengakui ulama perempuan, MUI juga mengakui ulama perempuan, ulama perempuan banyak di MUI dan PBNU," ujar Nyai Masruchah.

Untuk diketahui, KUPI II bertema “Menegukan Peran Ulama Perempuan untuk Peradaban yang Berkeadilan” rencananya akan diselenggarakan di Semarang dan Jepara, Jawa Tengah pada 23-26 November 2022. Rencananya akan dihadiri peserta dari 20 negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement