Kamis 01 Sep 2022 17:17 WIB

Potensi Ekstrak Jinten untuk Terapi Diabetes

kstrak jintan hitam memiliki beberapa kelebihan seperti kaya sifat antioksidan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agung Sasongko
(Foto: ilustrasi jintan hitam)
Foto: Needpix
(Foto: ilustrasi jintan hitam)

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- Diabetes masih menjadi pekerjaan rumah besar dalam dunia kesehatan. Mengharuskan penderitanya mengonsumsi obat seumur hidup akan berdampak kesehatan hati. Obat sintetis yang mahal juga tidak dapat dijangkau oleh semua kalangan.

Kondisi ini menghambat proses berhasilnya pengobatan penderita diabetes. Melihat masalah itu, tim mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII) meneliti keefektifan dari ekstrak jintan hitam sebagai terapi antidiabetes.

Ada Syafira Laila Nurulita, Dinda Nawang Sari, Rulianty Febriani, Muhammad Zenryu Asmara dan Talenta Nugroho Suryanto Mahardhika. Mereka mempresentasikan penelitian dalam The 4th ISSMART Asian Federation of Biotechnology (AFOB) 2022.

Kegiatan diadakan di Universitas Brawijaya pada 24-25 Agustus 2022. Penelitian mendapat bimbingan dosen FK UII, dr Syaefudin Ali Akhmad. Syafira mengatakan, jintan hitam (habbatussauda) memiliki manfaat sebagai terapi diabetes mellitus.

DM adalah penyakit sindroma metabolic yang ditandai tingginya kadar gula. Tumbuhan dengan nama latin nigella sativa ini tumbuh subur di Asia Selatan. Namun, tidak cukup sulit menemukannya di Indonesia dengan harga terjangkau.

Gejala DM bervariasi mulai dari sering merasa haus, sering buang air kecil pada malam hari, turun berat badan tanpa sebab jelas, lemas, sering infeksi, dan luka sukar sembuh. DM lebih berisiko orang yang memiliki faktor genetik di keluarga.

Lalu, penderita kadar darah tinggi, kelebihan berat badan dan aktivitas fisik kurang. Pengobatan yang umum digunakan suntik insulin. Tapi, insulin yang mahal mendorong mereka meneliti manfaat ekstrak jintan hitam sebagai terapi anti-DM.

"Ekstrak jintan hitam memiliki beberapa kelebihan seperti kaya sifat antioksidan dan toksisitas yang lebih rendah," kata Syafira, Kamis (1/9).

Biaya eksperimen maupun pengembangan obat herbal ini dinilai lebih terjangkau. Selain itu dapat muncul toksisitas pada pankreas pada pengobatan menggunakan insulin. Hal tersebut dikarenakan kemampuan kompensasi sel pankreas terbatas.

Dampaknya, sel pankreas alami penyusutan massa. Sebetulnya, pankreas memiliki kemampuan regenerasi sendiri. Caranya, meningkatkan replikasi sel dan pematangan sel punca jadi sel A. Potensinya, terdapat di efek perlindungan sel pankreas.

Melalui metode Self Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS), ekstrak biji ini akan mampu meregenerasi sel A pankreas. Syafira menekankan, manfaat jangka panjangnya adalah dipertahankannya massa pankreas, bahkan mampu meningkat.

"Dosis yang diperlukan 200 miligram/KgBB untuk meningkatkan jumlah sel di pulau pankreas," ujar Syafira.

Penelitian dimulai sejak Februari-Mei 2021 untuk proses pembuatan ekstrak jintan hitam dan formulasi SNEDDS atau satu formulasi nanopartikel berbasis minyak atau lemak. Untuk tahap ini mereka masih mengujicobakan intervensi ke tikus mencit.

"Observasi histologis dilakukan pada Juni-Juli 2021," kata Syafira. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement