REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badrus Zeman, seorang musisi asal Madura sukses memperkenalkan lagu-lagu Madura di Ibu Kota.
Dia merilis album perdananya yang bertajuk Paseser (Pesisir). Namanya sudah mulai banyak dikenal di kalangan penikmat musik Indie-Rock di Jakarta, khususnya setelah merilis lagunya yang berjudul Nemor (Kemarau).
Bahkan, pada 7-9 Oktober 2022 mendatang dia bersama bandnya, Lorjhu’ akan tampil di acara Synchronize Fest 2022 di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta.
Nama Lorjhu’ sendiri berasal dari nama kerang bambu khas Madura, yakni Lorjhu’/Lorjhuk. Kerang ini merupakan mata pencaharian orang-orang di sekitar pesisir Madura.
Badrus, panggilan akrabnya, lahir di Sumenep pada 26 November 1990. Dia menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar (SD) di kampung halamanya, Prenduan.
Setelah itu, Badrus mondok di Pondok Pesantren di Pesantren Tahfiz Alquran Zainul Ibad Prenduan, Sumenep.
Sembari menghafal Alquran di sana, Badrus juga menempuh pendidikan umumnya di pesantren yang jaraknya cukup dekat dengan pesantren tahfiz itu.
Dia sekolah di Madrasah Tsanawiyah (MTS dan Madrasah Aliyah (MA) di Pondok Pesantren Tegal Al-Amien Prenduan, yang menjadi cikal bakal dari segala yang ada di Al-Amien sekarang.
Setelah lulus Madrasah Aliyah, barulah Badrus hijrah ke Jakarta dan kuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.
Hingga akhirnya, dia kini menjadi seorang animator dan menjadi dosen di kampus tersebut, serta terus berkarya lewat musik.
Badrus sudah berminat pada bidang kesenian sedari kecil. Namun, dia mulai aktif bermain musik setelah menginjak bangku Madrasah Tsanawiyah.
“Mulai dari kecil dari sebelum SD itu minat berkesenian salah satunya seni menggambar. Kalau bermusik itu baru di Tsanawiyah kelas dua dan bikin grup musik instrumental pakai gentong,” ujar Badrus saat berbincang dengan Republika.co.id belum lama ini di TIM, Jakarta Pusat.
Dalam bermusik, Badrus Zaman tetap bernampilan layaknya santri, berkopyah tinggi ala orang Madura dan memakai sarung.
Bahkan, lagu-lagu ciptaan Badrus Zeman bersama Lorjhu’ juga tak lepas dari nuansa religi, seperti lagunya yang berjudul Kembang Koneng (kembang kuning) dan Saporana (maafkan aku).
Di awal lagu Saporana misalnya, Badrus megungkapkan bahwa ternyata apa yang dicari yang selama ini bersemayam di dalam hati. Namun, tak pernah dirasakan.
“Yang ke situ (nuansa religi) justru Kembang Koning, Saporana. Saporana kelihatan banget,” ucap Badrus.
Namun, semua makna dalam lagunya dia serahkan kepada para pendengarnya. “Tapi yang jelas laguku dari semua yang aku buat, berharap bisa diinterpretasikan masing-masing orang, nggak harus aku jawab juga,” kata Badrus.