REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Kementerian Dalam Negeri India membantah memberikan instruksi memberikan rumah bagi para pengungsi Muslim Rohingya. Hal ini disampaikan beberapa jam setelah pernyataan berkebalikan yang dibuat seorang menteri federal, Hardeep Singh Puri.
Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan pernyataan para pengungsi akan ditahan di pusat penahanan dan akhirnya dideportasi. Hardeep Singh Puri, selaku Menteri Perumahan dan Urusan Perkotaan, membuat sebuah cuitan di akun Twitter pribadinya, Rabu (17/8/2022).
Ia menyebut, sebagian besar pengungsi Muslim dari Myanmar yang tinggal di New Delhi, akan diberikan apartemen dan perlindungan keamanan. "India selalu menyambut mereka yang mencari perlindungan. India menghormati dan mengikuti Konvensi Pengungsi PBB 1951 dan memberikan perlindungan kepada semua orang, terlepas dari ras, agama, atau kepercayaan mereka," tulis dia, dikutip di Aljazirah, Kamis (18/8/2022).
Namun, tak lama setelah unggahan Puri tersebut, Kementerian Dalam Negeri Federal, yang dipimpin Amit Shah selaku ajudan terdekat Perdana Menteri Narendra Modi, membantah laporan tersebut.
“Terkait pemberitaan di beberapa media tentang warga asing ilegal Rohingya, dijelaskan Kementerian Dalam Negeri belum memberikan arahan untuk menyediakan flat EWS (bagian ekonomi lemah) kepada migran ilegal Rohingya di Bakkarwala di New Delhi,” tulis Kementerian Dalam Negeri dalam sebuah pernyataan, mengacu pada lingkungan di selatan ibu kota India.
Kementerian mengatakan "orang asing ilegal" akan ditahan di pusat penahanan sampai mereka dideportasi ke Myanmar. “Pemerintah (negara bagian) Delhi belum menyatakan lokasi tersebut sebagai pusat penahanan. Mereka telah diarahkan untuk melakukan hal yang sama segera,” katanya.
Pemerintah Modi sebelumnya telah mencoba mengirim Rohingya kembali ke Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, setelah ratusan ribu dari mereka melarikan diri dari penganiayaan dan gelombang kekerasan di selama bertahun-tahun.
India bukanlah negara penandatangan konvensi, yang menjabarkan hak-hak pengungsi dan kewajiban negara-negara untuk melindungi mereka. Di sisi lain, Bangladesh melindungi hampir satu juta Rohingya, di tempat yang telah berubah menjadi kamp pengungsi terbesar di dunia di selatan negara itu.
Pada awal tahun ini, sekitar 1.100 orang Rohingya tinggal di New Delhi dan 17 ribu lainnya di tempat lain di India. Banyak dari mereka bekerja sebagai buruh kasar, pedagang asongan dan penarik becak, menurut perkiraan dari aktivis hak-hak Rohingya Ali Johar.
Johar, yang berusia 27 tahun, datang ke India satu dekade lalu. Ia tinggal bersama keluarganya di akomodasi sewaan di New Delhi.
Dia mengatakan, sekitar 2.000 orang kembali ke Bangladesh tahun ini, di tengah kekhawatiran banyak orang akan dideportasi, karena beberapa kelompok Hindu sayap kanan terus menargetkan mereka.