Salah satu ayah anak laki-laki Najam, Ehab, mengatakan tidak ada keamanan untuk anak-anak di Gaza. “Pemakaman yang diserang Israel ini seperti taman untuk anak-anak kami. Saya meminta masyarakat internasional untuk menekan Israel agar berhenti membunuh anak-anak kami," katanya.
Jumat lalu, Israel melancarkan serangan baru di Jalur Gaza yang terkepung, yang masih belum pulih dari perang Mei 2021 yang menewaskan lebih dari 260 warga Palestina dan menghancurkan ribuan rumah, bangunan, dan bisnis. Kali ini, Israel mengatakan melakukan serangan preemptif di Gaza setelah menangkap seorang anggota politik senior kelompok Jihad Islam Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Kelompok itu tidak bereaksi terhadap penangkapan itu, tetapi setelah sebuah rudal Israel membunuh salah satu komandan senior mereka Taysir al-Jabari pada hari Jumat, sayap bersenjata Jihad Islam meluncurkan tembakan roket ke arah Israel. Tapi serangan itu tidak menelan korban.
'Perang dan pembantaian'
Dari 16 anak yang tewas di Gaza, sembilan tinggal di kamp pengungsi Jabaliya. Pada hari Sabtu, empat anak lain di kamp itu terbunuh, beberapa saat mereka pergi membeli makanan dari pasar.
Jenazah Hazem Salem (9 tahun) dan saudara Momen dan Ahmad al-Nairab (5) dan (11), masing-masing tiba di rumah sakit terdekat dalam keadaan berkeping-keping. Khalil Abu Hamada (18) juga tewas.