REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Krisis pangan dunia yang tengah melanda sejumlah negara menjadi momentum bagi Indonesia untuk lebih serius dalam menata berbagai potensi pangan lokal.
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) sekaligus Rektor IPB University, Arif Satria, mengatakan, isu pangan tengah menjadi pusat perhatian pemerintah saat ini.
"Dalam tiga pekan terakhir, ini masih menjadi bahan perbincangan dan bahan pidator Presiden yang selalu menyinggung pangan, karena memang ini ancaman krisis yang benar-benar berpotensi terjadi," kata Arif dalam diskusi secara virtual yang digelar ICMI akhir pekan ini.
Arif mengatakan, di tengah mahalnya harga pangan dunia, Indonesia sebagai negara agraris dan mampu memproduksi berbagai komoditas lokal harus mengambil momentum.
Dia mencontohkan, seperti situasi harga gandum yang melonjak tinggi akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina. Substitusi gandum menjadi pilihan yang terbuka.
"Kita ada potensi yang luar biasa seperti sorgum, singkong, sagu, jagung, dan sebagainya. Ini variasi-variasi yang menuru saya sangat penting untuk terus didorong," ujarnya.
Lebih jauh, Arief menuturkan, pemanfaatkan situasi krisis global dengan mendorong pangan lokal sekaligus memberi harapan bagi masyarakat perdesaan. Seperti diketahui, desa merupakan lumbung pangan utama yang menghasilkan berbagai komoditas pangan pokok masyarakat.
"Perdesaan harus menjadi tempat yang mulia bagi kita semua, karena inilah sumber kehidupan yang harus terus dijaga dan dipelihara," ujarnya.
Kendati demikian, Arif mengakui, memberdayakan pangan lokal sebagai substitusi pangan impor bukan pekerjaan mudah. Indonesia masih perlu lebih banyak pusat-pusat penelitian dan pengembangan inovasi produk pangan pertanian.
Lembaga-lembaga itu harus menjadi jembatan antara dunia kampus dengan dunia masyarakat sebagai pengguna dari inovasi produk pangan.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, mengatakan hal senada. Naiknya harga-harga komoditas pangan dunia menjadi berkah tersendiri bagi Indonesia. Komoditas pangan lokal Indonesia punya kesempatan untuk mengisi pasar dunia.
Pasalnya, Kementan mencatat, ada kenaikan ekspor produk pertanian secara signifikan sejak 2020. Ekspor pertanian tahun 2020 tercatat tembus Rp 450 triliun, naik 15 persen dari 2019.
Baca juga: Dulu Pembenci Adzan dan Alquran, Mualaf Andreanes Kini Berbalik Jadi Pembela Keduanya
Memasuki 2021 nilai ekspor kembali meningkat 38 persen menjadi Rp 625 triliun. Peningkatan ekspor diharapkan kembali dicatat untuk tahun ini.
"Ekspor singkong dan turunannya pada 2021 naik hampir 300 persen, itu gambaran untuk singkong," katanya.
Di sisi lain, Suwandi memaparkan, rata-rata indeks nilai tukar petani (NTP) juga telah berada pada kisaran 109 poin yang terus mengalami tren kenaikan.
"Saya lama di dunia pertanian menangani NTP, dan ini luar biasanya kondisinya agar supaya tetap dipertahankan," katanya.