REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Internet memungkinkan segala informasi langsung berada di tangan generasi milenial. Melalui ponsel, mereka menjadikan media sosial acuan dalam mengumpulkan informasi, sementara media massa ada di baris kedua. Apalagi proses pencarian jati diri, membuat generasi menjadi rentan terpapar radikalisme dan liberalisme.
Hal tersebut menjadi perhatian Lembaga Dakwah Islam Indonesia, terutama DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia Jawa Tengah yang penduduknya heterogen secara ideologi.
“Dalam lima tahun terakhir, kami bekerja sama dengan Polda Jawa Tengah dalam sosialisasi deradikalisasi,” ujar Ketua DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia sekaligus Ketua DPW Jawa Tengah, Singgih Tri Sulistiyono, dalam keterangannya, Jumat (5/8/2022).
Menurut Singgih generasi muda senang mencoba dan mempelajari berbagai hal. Di tengah pencarian tersebut mereka bisa terpapar radikalisme hingga pengagungan hak-hak individu seperti liberalisme.
“Pergaulan bebas, penggunaan obat terlarang hingga radikalisme menjadi tantangan dalam membangun karakter bangsa,” ujar Singgih.
Di mengatakan sosialisasi tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun. Salah satunya di Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Tri Sukses, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) pada 28 Juli 2022 lalu, “Acara tersebut diikuti 500 mahasiswa dan pemuda Lembaga Dakwah Islam Indonesia, serta unsur-unsur pemuda lainnya,” imbuh Singgih.
Dengan mengangkat tema “Penguatan Nasionalisme dan Semangat Bela Negara bagi Generasi Muda Santri di Era Milineal Menuju Indonesia Emas 2045,” narasumber dalam acara tersebut berasal dari Direktorat Binmas Polda dan Dai Kamtibmas Polda Jateng. “Alasan mengapa mengambil tema ini setelah melihat perubahan yang begitu cepat pada era global ini membuat dunia tanpa batas dengan adanya internet,” imbuhnya.
Dia mengakui internet memiliki dampak positif dan negatifnya, seperti pergaulan bebas, rasa nasionalisme semakin pudar dan munculnya ideologi yang berbau radikalisme yang mengarah ke
Terorisme. “Maka kami ingin merawat negara ini dengan semangat nasionalisme dengan bela negara untuk mempertahankan negara ini yang sumberdayanya selalu diincar bangsa asing," tambah
Singgih.
Belum lagi adanya upaya provokasi kelompok tertentu untuk mengadu domba agar ormas keagamaan saling bertikai dengan alasan apa pun. Maka diperlukan kerukunan dan kekompakan anak bangsa sebagai generasi penerus bangsa untuk selalu mewujudkan perdamaian dan kerukunan dengan dibalut semangat NKRI di negeri ini khususnya di wilayah Cilacap.
Tekad Lembaga Dakwah Islam Indonesia dalam merawat anak bangsa tersebut, disambut baik Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji. Dia mengatakan, Lembaga Dakwah Islam Indonesia berhasil merawat nasionalisme di kalangan generasi mudanya, “Saat dinyanyikan lagu Indonesia Raya, saya melihat para santri berdiri dan ikut menyanyikan dengan hikmat dan penuh penghayatan,” ujar Bupati Tatto.
Tatto teringat masa kecilnya saat diajak orang tuanya ke Jepang, “Saat lagu kebangsaan Jepang dinyanyikan semua warga serentak menghentikan aktivitasnya,” ujar dia. Mereka turut menyanyikan lagi kebangsaan yang hanya beberapa menit tersebut. Tatto juga menyebut para hadirin yang tenang dan hikmat saat Alquran dibacakan, menunjukkan sisi religius.
Apa yang dia lihat di PPM Tri Sukses tersebut, sebagaimana yang dia rasakan saat mengunjungi Guangdong, China, yang penduduknya memeluk agama Islam, saat ayat suci dibacakan, semuanya menghentikan aktivitasnya. Menurut pengamatannya mobil-mobil berhenti untuk mendengarkan ayat suci tersebut selesai dibacakan.
Tatto mengaku salut dan kagum pada para hadirin, tentunya rasa nasionalisme sudah tertanam secara baik di ponpes-ponpes naungan Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Tentu semangat ini harus terus dilestarikan, apalagi ini akan memasuki hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia. “Siapa lagi yang yang bisa meneruskan perjuangan dan mengisi kemerdekaan ini, kalau bukan kita,” pesan Tatto.