REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Harga hewan qurban di kota Gaza, Palestina yang dikepung Israel dilaporkan melonjak sangat tinggi jelang perayaan Hari Raya Idul Adha. Kondisi ini memaksa mayoritas warga Gaza tidak bisa berqurban pada tahun ini.
"Sayangnya, saya tidak akan bisa membeli domba untuk merayakan Idul Adha. Harganya sangat tinggi sementara kami tidak punya uang untuk membelinya," kata salah seorang warga Gaza, Ibrahim al-Nabahin dilansir dari The New Arab, Selasa (5/7/2022).
Kondisi ini disebutnya adalah tahun kedua secara berturut-turut dia tidak bisa membeli hewan qurban untuk merayakan Idul Adha. “Jika harga tinggi dan situasi ekonomi yang sulit terus seperti ini, saya kira mayoritas penduduk setempat tidak akan mampu membeli ternak untuk merayakan Idul Adha,” ujarnya.
Di sisi lain, para pedagang mengkhawatirkan hewan jualannya tidak terjual akibat dari lemahnya daya beli warga dan tingginya harga yang mengancam keberhasilan musim ini. Kegagalan penjualan disebut akan membuat para pedagang mengalami kerugian finansial besar.
Sedangkan Munir Abu Hasira, seorang pemilik peternakan di Jalur Gaza tengah, mengeluh tentang rendahnya jumlah pelanggan beberapa hari sebelum Idul Adha. "Harga ternak naik sedikit tahun ini dibandingkan tahun lalu, karena kenaikan harga pakan secara global," katanya kepada The New Arab.
Dia menekankan pedagang menanggung beban terbesar sehubungan dengan harga tinggi untuk tidak menaikkan harga secara signifikan dan untuk mendukung pembelian. Abu Hasira berpendapat kenaikan harga satu kilogram ternak sebesar Rp 30 ribu merupakan kenaikan kecil dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi pada harga pakan ternak. Ia menunjukkan satu ton pakan ternak meningkat menjadi Rp 9,9 juta dari Rp 6,9 juta. Sedangkan satu ton jagung meningkat menjadi Rp 7,9 juta dari Rp 4,5 juta.
Menurut Abu Hasira, tahun ini harga hewan qurban Idul Fitri berkisar antara Rp 5,8 juta hingga Rp 9 juta. Namun, menurut pedagang, jumlah calon pembeli saja sejauh ini tidak melebihi 40 persen, jauh lebih sedikit dari jumlah pemilih tahun lalu.
Abu Hasira menjelaskan, mayoritas pelanggan yang mampu membeli ternak tahun ini menanyakan tentang cara mencicil atau membeli alternatif daging yang lebih murah.
Sementara itu, Direktur Departemen Produksi Ternak di Kementerian Pertanian Taher Abu Hamad membenarkan Palestina mengalami peningkatan harga ternak dibandingkan tahun lalu. Ini disebabkan oleh kenaikan harga pakan sebagai akibat dari perang Rusia-Ukraina.
Dia mencatat Jalur Gaza membutuhkan 15 ribu hingga 17 ribu ekor anak sapi, dan 25 ribu hingga 30 ribu ekor domba selama periode Idul Adha, yang semuanya tersedia di dalam peternakan.
Bertentangan dengan kesaksian sebelumnya, ia percaya jumlah pembeli cukup baik dibandingkan dengan situasi ekonomi yang sulit dan harga yang tinggi, dan ada aktivitas nyata yang dapat dibeli oleh badan amal. Dia juga berharap jumlah pembeli akan meningkat dalam beberapa hari mendatang.