REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ada beberapa manfaat, hikmah, dan juga pelajaran yang didapatkan apabila seorang Muslim dapat menjaga dan menahan pandangan matanya.
Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam kitab Raudhatul Muhibbin menjabarkan tentang manfaat memalingkan pandangan. Pertama, dapat menjadi ajang membersihkan hati dari penyesalan. Orang kerap mengumbar pandangan mata niscaya dirundung penyesalan tiada henti.
Salah satu perbuatan yang sangat berbahaya bagi hati adalah mengumbar pandangan. Sebab ia akan melihat apapun yang dicarinya dan membuatnya kehilangan kesabaran. Itulah derita dan siksa yang dapat ia rasakan.
Menurut Ibnu Qayyim, pandangan akan menyusup ke dalam hati seperti anak panah yang meluncur setelah dilontarkan. Jika anak panah itu tidak membunuh, tentu ia akan meninggalkan luka. Pandangan juga diibaratkan seperti bara api yang dilemparkan ke dahan kering. Jika bara itu tidak membakar semuanya, pasti ia akan membakar sebagiannya.
Kedua, menjaga pandangan juga dapat mendatangkan cahaya dan kegembiraan di hati. Sebaliknya, orang yang enggan menjaga pandangan akan mendatangkan kegelapan yang akan terlihat pada wajah dan semua anggota tubuh.
Ketiga, mendatangkan kekuatan firasat yang jitu. Menahan pandangan bisa menguatkan firasat, sebab firasat berasal dari cahaya Illahi dan sekaligus buah cahaya itu. Jika hati bercahaya, firasat tidak akan meleset. Karena hati kedudukannya bagaikan cermin yang memperlihatkan seluruh fakta seperti apa adanya.
Keempat, membuka pintu dan jalan ilmu serta memudahkan seseorang untuk mendapatkan ilmu. Jika hati bersinar terang, maka dalam hati akan muncul hakikat pengetahuan yang mudah disingkapkan. Akibatnya, sedikit demi sedikit dia akan menyerap ilmu tersebut.
Sebaliknya, orang yang mengumbar pandangan matanya, maka hatinya akan berubah kelam dan gelap. Akibat dari itu, jalan dan pintu ilmu pun tertutup baginya.
Kelima, mendatangkan kekuatan hati, keteguhan, dan keberanian. Jika seseorang terbiasa menahan pandangan matanya, maka ia akan menguasai dirinya. Orang yang telah dikuasai oleh bashirah (mata hati)-nya, niscaya ia akan menguasai hujah. Siapa yang menentang nafsunya, maka setan akan takut padanya.