Penjual ramuan alternatif Omar al-Rafie bahkan berpendapat, orang-orang beralih ke pengobatan alternatif untuk penyakit yang lebih serius. “Obat diabetes sekarang berharga sekitar satu juta pound Lebanon,” ucap Rafie.
Harga itu hampir dua kali upah minimum bulanan negara itu sekitar 600 ribu pound lebanon atau setara Rp 5 juta. “Seseorang dapat membeli ramuan dari kami dengan harga sekitar 50 ribu pound (atau setara Rp 485 ribu),” tambah ahli herbal berusia 48 tahun itu.
Kementerian kesehatan Lebanon menyadari pasien kanker yang menggunakan obat herbal karena perawatan mereka tidak lagi dapat diakses. Menteri Kesehatan sementara Firas al-Abiad memperingatkan bahayanya.
“Hal ini mengkhawatirkan. Ini bukan substitusi, dan banyak orang tidak mengerti ini," ucapnya kepada Reuters.
Tidak ada proses standar untuk pengobatan herbal. Menurut Abiad, kurangnya laboratorium pusat Lebanon untuk melakukan tes sendiri atau menetapkan batasan, membuka pintu bagi penyalahgunaan luas zat yang tidak diperiksa seperti obat-obatan nabati.
Kepala Sindikat Farmasi Lebanon Joe Salloum mengatakan penggunaan ramuan herbal sesekali dapat memberikan kelegaan, tetapi dosis yang tidak diatur dapat menimbulkan risiko kesehatan. Seorang penjual obat herbal di Tripoli Omar al-Ali mengatakan pelanggannya membeli pil per saset karena mereka tidak dapat lagi membayar satu kotak penuh, dan lebih banyak lagi yang meminta obat herbal.
“Sebelumnya minoritas, tetapi perlahan meningkat karena orang mencoba melarikan diri dari biaya pengobatan yang ekstrem,” ujar Ali.
Setelah mendapatkan pasokan dari tempat-tempat seperti India dan China, banyak yang harus mengurangi impor dari luar negeri karena harganya dalam dolar AS. “Kami hanya mendapatkan apa yang diperlukan daripada menimbun seperti dulu,” ucap peracik ramuan herbal Kamal al-Shahal.