REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pernah menjadi instruktur senam, Mohammad Abadeen sekarang mengelola toko ramuan herbal kecil di utara Lebanon. Ia menawarkan pengobatan herbal yang terjangkau untuk klien yang kekurangan obat dan juga terdampak kenaikan harga.
Resep yang ia berikan berasal dari ribuan tahun lalu. Abadeen mengandalkan ramuan yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan, rempah-rempah, dan minyak alami untuk mengobati penyakit termasuk pilek, batuk, dan sakit perut.
Abadeen berasal dari keluarga peracik dan penjual ramuan herbal di kota pelabuhan utara Tripoli. Hampir tiga tahun setelah krisis ekonomi Lebanon, permintaan obat alternatif meningkat.
“Ketika harga mulai naik, orang mulai beralih ke pengobatan alternatif ini,” ucap pria berusia 53 tahun itu, dilansir Al Arabiya, Selasa (14/6/2022).
Menurut laporan Amnesty International, mulai Desember 2021 mata uang Lebanon telah kehilangan lebih dari 90 persen nilainya sejak 2019. Sementara, harga obat-obatan telah naik empat kali lipat.
PBB memperingatkan pada September bahwa perawatan kesehatan di luar jangkauan 33 persen keluarga Lebanon. Lebih dari separuh dari mereka tidak dapat menerima obat, baik karena terlalu mahal maupun karena apotek tidak lagi menyediakannya.
Beberapa minggu kemudian, pemerintah Lebanon yang kekurangan uang menghapus subsidi pada sebagian besar obat-obatan, termasuk yang digunakan untuk mengobati penyakit kronis, seperti kanker. Hal ini mendorong harga lebih tinggi.
Tripoli, khususnya, telah terpukul keras oleh pusaran keuangan. Bahkan sebelum krisis, PBB mendaftarkan kota pelabuhan itu sebagai yang termiskin di Mediterania.
Bukan substitusi
Abadeen mengatakan pelanggannya datang karena lelah akan berbagai obat berbeda, tes darah, dan pemeriksaan. Jadi, dia menawarkan alternatif seperti zoubai, ramuan asli yang mirip dengan thyme yang dapat diseduh menjadi teh untuk meredakan sakit tenggorokan.