REPUBLIKA.CO.ID,DOHA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Farur Rozi atau Gus Fahrur menghadiri dialog trilateral yang digelar di Doha, Qatar pada Selasa (14/6/2022). Gus Fahrur memenuhi undangan Kementerian Wakaf Qatar untuk berdiskusi dengan ulama Afghanistan dan Qatar.
Gus Fahrur mengatakan, pertempuan ini bertujuan untuk memoderasi pandangan mengenai Islam Wasathiyah kepada ulama Taliban. “Tujuan pertemuan ini untuk memoderasi pandangan mengenai Islam Wasathiyah kepada ulama Taliban, serta mempromosikan peran dan partisipasi perempuan dalam proses pembangunan di Afghanistan,” ujarnya kepada Republika, Rabu (15/6/2022).
Dalam pertemuan ulama dari tiga negara itu, Gus Fahrur menceritakan pengalaman nilai-nilai wasathiyah di lembaga pendidikan Islam di Indonesia, seperti madrasah, universitas Islam, dan pondok pesantren NU. Menurut dia, organisasi NU memiliki pengalaman yang sangat panjang dalam menyikapi realita yang terjadi pada umat Islam di Indonesia.
Dengan panjangnya perjuangan NU, dia pun menyimpulkan bahwa perbedaan bahasa, warna kulit, tradisi, etika, serta pemikiran di dunia ini tidak menjadi sebuah penghalang dalam mewujudkan persaudaraan, persatuan, serta saling tolong-menolong dalam upaya membangun hubungan yang baik di antara sesama umat Islam.
Menurut Gus Fahrur, organisasi NU selalu berjuang mewujudukan perdamaian dunia dan toleransi antar bangsa, serta hubungan yang berkelanjutan dengan banyak organisasi keagamaan dari berbagai belahan dunia.
“Hal ini bertujuan menyatukan suara umat, menghentikan perpecahan dan pertikaian. Ini semua adalah upaya yang diserukan oleh agama kita yang penuh toleransi,” ucap dia saat berpidato dalam bahasa Arab.
Gus Fahrur kemudian mengutip ayat Alquran, di mana Allah Swt berfirman, "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara" (QS. Ali Imran 103)
Gus Fahrur menjelaskan, organisasi NU selalu mengikuti isu perkembangan umat Islam di berbagai belahan dunia tanpa terkecuali perkembangan bangsa Afganistan yang telah menghadapi perpindahan kekuasaan yang sangat menentukan masa depan bangsa. serta kehidupan rakyat Afghanistan.
“Organisasi NU terus mencari cara untuk menolong bangsa Afganistan serta berusaha membuka dialog yang komprehensif. Upaya bantuan ini adalah cerminan dari pentingnya saling tolong-menolong sebagai sesama umat Islam,” kata Gus Fahrur.
Dia menambahkan, Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan umat Islam dalam sebuah hadits, di mana Rasulullah SAW bersabda, "Kalian melihat umat islam dalam upaya saling tolong-menolong, berkasih sayang serta persatuan mereka bagaikan sebuah jasad, ketika satu anggota tubuh merasakan kesakitan maka anggota tubuh yang lain akan merasakan sakit dan demam" (HR Muslim).
Dialog trilateral itu juga menghadirkan Ketua MUI sekaligus Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekali, Prof Amany Lubis. Dalam pidatonya, Prof Amany menyampaikan tema tentang perempuan dan pendidikan di Indonesia dan posisi perempuan dalam Islam perspektif Indonesia.
Selain dari NU dan MUI, dialog tersebut juga menghadirkan tokoh Muhammadiyah, KH Imam Addarutquni. Dia menyampaikan tema tentang peran institusi pendidikan islam dalam mendukung ketahanan nasional.