REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Profesor Dadang Kahmad, menjadi pembicara utama dalam Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah dan 'Aisyiyah Ke-48 bertema "Dakwah Muhammadiyah di Tengah Populisme dan Evangelisme."
Dalam seminar tersebut, Prof Dadang mengingatkan kembali agar Muhammadiyah bersiap karena tantangan pada abad kedua akan berbeda. Mengawali pemaparannya, Prof Dadang mengutip surat Al Hasyr ayat 18:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al Hasyr ayat 18).
Prof Dadang mengatakan, surat Al Hasyr ayat 18 menggambarkan bahwa fenomena yang akan datang ditentukan oleh fenomena hari ini atau fenomena yang telah lalu. Oleh sebab itu kejadian-kejadian yang akan datang tidak lepas dari fenomena-fenomena masa lalu maupun masa sekarang.
"Karena itu, Allah SWT memberikan satu peringatan kepada kita untuk mengevaluasi perjalanan yang akan datang," kata Prof Dadang saat menjadi pembicara utama dalam Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah dan 'Aisyiyah Ke-48, Senin (23/5/2022).
Dia mengingatkan, mungkin di masa yang akan datang bagi Muhammadiyah akan lebih rumit lagi. Abad pertama Muhammadiyah memang sukses, para pengamat luar negeri memberi pujian bahwa Muhammadiyah adalah organisasi Islam tersukses di dunia.
Tetapi pada abad kedua, Muhammadiyah tidak tahu akan seperti apa. Karena tantangannya sangat luar biasa, sangat berbeda dengan abad pertama.
Menurut Prof Dadang, Muhammadiyah pada abad pertama terlalu physical, sebab bangunan-bangunan hebat seperti Unimma ini menjadi kebanggaan Muhammadiyah.
Keberhasilan Muhammadiyah di abad pertama di antaranya membangun banyak rumah sakit (RS), sekolah yang jumlahnya sampai 26 ribu, perguruan tinggi sebanyak 168, dan lembaga kesehatan jumlahnya sampai 542 lebih. Selain itu, masjid akan ditata dan diberi nomor, agar tahu masjid Muhammadiyah jumlahnya ada berapa.
"Itu keberhasilan yang kita saksikan dan melahirkan kekaguman, tetapi abad kedua ini sama sekali beda, orientasinya juga beda, rakyatnya pun berbeda," ujar Prof Dadang.
Ketua PP Muhammadiyah ini mengutip perkataan Kiai Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah. Kiai Haji Ahmad Dahlan mengatakan, “Muhammadiyah yang akan datang berbeda dengan Muhammadiyah masa kini, Muhammadiyah sekarang ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah kamu bersekolah menuntut ilmu di mana saja kamu berada, jadilah guru dan kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah dokter sesudah itu kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dan profesional lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu.”
"Saya selalu memahami perkataan Kiai Ahmad Dahlan itu adalah peringatan untuk kita tentang problema masa yang akan datang, yang akan berbeda dengan problema masa kini atau masa lalu, oleh karena itu mungkin dakwah Muhammadiyah harus responsif terhadap perubahan-perubahan ini," jelas Prof Dadang.