REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus mengibaratkan Nadhlatul Ulama (NU) dengan pisau cukur yang hanya digunakan untuk mengiris bawang. Karena, menurut Gus Mus, potensi yang dimiliki NU masih belum bisa dimaksimalkan.
“NU itu ibaratnya pisau penyukur. Tapi, haya sering untuk digunakan untuk mengirisi bawang. Jadi, eman-eman pisau penyukurnya digunakan hanya untuk mengisi brambang (bahasa Jawa). Tidak sumbut (sepadan) antara potensi yang dipunyai NU dengan apa yang dilakukan oleh NU,” ujar Gus Mus saat menyampaikan mauidzah hasanah dalam acara pembukaan Konbes NU di Jakarta, Jumat (20/5) malam.
Karena itu, Gus Mus selalu berdoa kepada Allah agar siapa saja yang mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk kepentingan NU selalu diberikan kekuatan oleh Allah, baik secara lahir maupun batin. Gus Mus juga selalu berdoa agar mereka dijauhkan dari cobaan-cobaan yang menganggu mereka dari khidmahnya kepada NU.
“Mudah-mudahan Allah selalu mengilhami mereka dengan pikiran-pikiran yang kreatif yang dapat menumbuhkan suatu kebaikan yang bertambah-tambah bagi kepentingan NU, warga Indonesia, dan warga dunia," ucap Gus Mus.
Gus Mus menjelaskan, NU merupakan organisasi terbesar di dunia. Bahkan, berdasarkan cerita Gus Mus, ulama Saudi yang berpaham Wahabi kaget ketika mengetahui jumlah warga NU di Indonesia, yang jumlahnya mencapai 80-an juta pada 1989. Sedangkan saat ini, menurut Gus Mus, jumlah warga NU sudah mencapai 100 juta.
"Mudah-mudahan saja lah, ini era baru, di mana pisau penyukur ini betul-betul untuk nyukur bukan hanya untuk ngirisi brambang (bawang)," kata Gus Mus.
Konbes NU 2022 menangkat tema “Penguatan Landasan Jamiyah untuk Optimalisasi Khidmah.” Acara ini dihadiri 275 peserta yang terdiri dari unsur pimpinan NU, ketua lembaga, ketua Badan Khusus, ketua umum badan otonom, serta ketua dan sekretaris PWNU se-Indonesia.
Dalam acara Konbes NU 2022 ini, Gus Mus juga melakukan penandatangan nota kesepahaman dengan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf untuk menggelar Konferensi Internasional menyongsong usia satu abad NU tahun depan. Agenda pertemuan para pemimpin agama dunia tersebut nantinya akan disebut dengan Religion Twenty atau R20.
Terkait R20 ini, PBNU akan bekerjasama dengan Center for Shared Civilizational Values (CSCV) atau Pusat Nilai-Nilai Keberadaban bersama, sebuah lembaga internasional yang didirikan di Amerika Serikat pada 2021 oleh Gus Mus.