REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Badan Muslim Afrika (AMA) menandai 35 tahun pelayanannya dalam memberikan bantuan kemanusiaan ke benua itu dan sekitarnya.
Semenjak dibentuk oleh pendirinya Mahomed Farid Choonara dan Dr Abdur Rahman As Sumait pada Januari 1987, AMA telah beroperasi di 29 negara di Afrika. AMA telah turun tangan untuk membantu di daerah-daerah yang terkena bencana termasuk Somalia, Sudan, Kenya dan Mozambik, serta daerah-daerah yang dilanda kekeringan.
Di Afrika Selatan, badan tersebut menyediakan kebutuhan pokok seperti makanan, perlengkapan mandi, selimut, pembalut, dan alat tulis. Selama pandemi Covid-19, pihaknya membantu menyediakan masker, sanitiser, dan obat-obatan.
“Pasangan visioner memahami penderitaan orang-orang yang tinggal di benua Afrika, dan itu adalah misi mereka untuk membuat komunitas donor Afrika Selatan sadar akan kebutuhan besar ini untuk mendorong sumbangan yang akan mengubah kehidupan dari ribuan orang hidup tanpa makanan, air dan kebutuhan dasar,” kata Manajer regional AMA, Hussain Choonara dilansir dari laman IOL News pada Kamis (19/5/2022).
Organisasi ini juga telah membantu di wilayah luar Afrika, dengan operasi di Afghanistan, Lebanon, Suriah, Palestina, Burma, Turki dan Yaman. Inisiatif utama termasuk sumur air dan sumur bor, anak yatim piatu dan sponsor pendidikan, pembangunan masjid, tanggap bencana, bantuan medis dan penyediaan kebutuhan pokok.
Sebuah pameran akan diadakan di Lookout, V&A Waterfront, pada 21 Mei dari pukul 10.00 hingga 17.00, di mana pengunjung dapat melihat pajangan karya AMA dan merasakan tur virtual 360 derajat ke kamp-kamp pengungsi.
“Lihat Alquran tulisan tangan dari Afrika, manik-manik AK47 yang dibuat di Afghanistan, anyaman bola sepak dari Malawi, dan foto-foto luar biasa yang menangkap dampak yang telah dibuat oleh para donor AMA selama bertahun-tahun dalam jutaan nyawa,” kata Choonara.
Relawan AMA, Ashraf Gangraker mengatakan, maksud di balik pameran ini adalah untuk menciptakan kesempatan bagi publik mendapatkan pemahaman yang lebih dalam terkait kemanusiaan.
“Kami ingin orang-orang pergi untuk menemukan rasa kemanusiaan dalam diri mereka, terinspirasi untuk menjadi sukarelawan, untuk menyumbang dan menjadi bagian dari solusi untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih adil,” kata Gangraker.