Kamis 28 Apr 2022 09:10 WIB

Menyelamatkan Naskah-Naskah Klasik Lombok, Upaya dan Tantangan

Naskah-naskah Lombok tak kalah menarik dengan naskah lain di Nusantara

Manuskrip Lombok. Naskah-naskah Lombok tak kalah menarik dengan naskah lain di Nusantara
Foto: Dok Istimewa
Manuskrip Lombok. Naskah-naskah Lombok tak kalah menarik dengan naskah lain di Nusantara

Oleh : Fathurrochman Karyadi, lulusan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan  anggota Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa).  

REPUBLIKA.CO.ID, — Beberapa waktu lalu, untuk pertama kalinya saya mengunjungi Lombok, Nusa Tenggara Barat. Saya hanyut melihat keindahan alamnya serta kerukunan masyarakatnya yang majemuk.

Apalagi setelah ada Sirkuit Mandalika, Pulau Seribu Masjid ini semakin dipuji banyak pelancong lokal dan internasional. Namun demikian, ada satu hal yang tidak banyak dibidik, yakni potensi manuskripnya yang ternyata amat luar biasa.

Baca Juga

Manuskrip atau naskah kuno merupakan memori kolektif bangsa Indonesia. Kemendikbud telah menetapkan manuskrip sebagai cagar budaya dan salah satu objek pemajuan kebudayaan. 

Bahkan, Organisasi PBB untuk pendidikan, keilmuan dan kebudayaan (UNESCO) memberikan anugerah Memory of the World (MoW) kepada Indonesia atas empat manuskripnya yaitu La Galigo (abad ke-14), Babad Diponegoro (1831), Nāgarakrĕtāgama (1365), dan Naskah Panji (abad ke-13).

Penting untuk diketahui bahwa manuskrip Lombok memiliki karakteristik yang unik dan kekayaannya yang melimpah, baik dari segi bahasa, aksara, tema, maupun bahannya. Hal ini tak heran melihat beragam etnis ada di pulau dengan kota utama Mataram tersebut. 

AR Wallace (1986) dan Kendra Clegg (2008) mengatakan bahwa Sasak merupakan penduduk asli dan kelompok etnis mayoritas Lombok, sedangkan etnis pendatang di antaranya Bali, Sumbawa, Jawa, Arab, dan Cina.

Profesor Jamaluddin, guru besar sejarah dan peradaban Islam UIN Mataram menegaskan, Lombok juga diwarnai oleh beragam bahasa, kebudayaan, dan keagamaan. Meskipun etnis lain berdialog dengan bahasanya masing-masing, bisa dipastikan semua penduduk Lombok bisa berbahasa Sasak. 

Warga Muslim Lombok banyak dari etnis Sasak, Bugis, Jawa, dan Arab. Agama Hindu di Lombok banyak dianut oleh orang Bali. Kristen, Hindu dan Budha umumnya dari etnis Cina. Semua etnis hidup rukun berdampingan dengan sejuk dan damai.

Kekhawatiran bersama

Kami yang berada di Lombok merupakan tim yang bergabung dalam program Digital Repository on Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA). Di sana kami berinteraksi dengan pemilik dan pemerhati manuskrip, Gede Nursan dan Lalu Nafsiah. 

Gede menuturkan bahwa manuskrip Lombok perlu dirawat dan dilestarikan semaksimal mungkin mengingat gempa sering kali terjadi kapan saja.

“Pada 2018, rumah warga di sini hampir semuanya rata dengan tanah. Gempanya sangat dahsyat sampai ratusan kali. Tidak diketahui secara pasti berapa banyak jumlah nyawa yang hilang dan korban luka-luka,” kenangnya menyedihkan.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement