REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Ulama diharapkan lebih menggiatkan dakwah digital. Sebab pengaruh dakwah demikian lebih masif dan cepat, sehingga banyak orang tercerahkan dengan wawasan keislaman sarat nilai wasathiyah yang otoritatif dan menyejukkan.
Di antara bentuk dakwah digital adalah penyempaian pesan takwa melalui media sosial. Facebook, Twitter, Instagram, Tiktok, Youtube, dan banyak lagi media sosial yang ada, selama ini lebih banyak menjadi media komunikasi mencurahkan isi hati dan pamer kesibukan dan kegiatan sehari-hari penggunanya.
Juga digunakan untuk media promosi dan penjualan. Media-media tersebut juga dimanfaatkan untuk dakwah menyampaikan pesan takwa yang dilakukan para pendakwah.
Beberapa hari yang lalu pendakwah Ustaz Abdul Somad menayangkan konten ceramahnya tentang adab utang piutang melalui saluran Youtube Ustadz Abdul Somad Official dengan 2,57 juta subscriber dan lebih dari 1.500-an konten.
Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Al-Habib Taufiq bin Abdul Qadir Assegaf, menyampaikan ceramah tentang keutamaan menuntut ilmu, yaitu berada di jalan Allah SWT.
Jika seorang penuntut ilmu wafat saat belajar, maka dikategorikan syahid. Hal itu disampaikan Taufiq saat ceramah di hadapan ratusan jamaah di Sukabumi beberapa waktu lalu.
Videonya ditayangkan di saluran Sunsal Media. Sunsal merupakan kependekan dari Pesantren Sunniyah Salafiyah. Chanel ini memiliki subscriber lebih dari 200-an ribu pengguna internet.
Pendakwah KH Anwar Zahid menyampaikan pesan takwa akan tetap mendidik anak-anaknya secara langsung di tengah kesibukannya berdakwah bil lisan di berbagai tempat. Hal ini diutarakannya dalam konten video di saluran NU Online yang memiliki 646 ribu subscriber.
Masih banyak lagi contoh pesan keimanan yang disampaikan para ulama yang disebarluaskan melalui media sosial. Mereka menyuarakan kearifan, wasathiyah, yang berangkat dari teologi ahlus sunnah wal jamaah.
Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Komunikasi dan Media (P2KM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Deden Mauli Darajat, menjelaskan, untuk melakukan kegiatan dakwah digital, seseorang harus mengetahui bagaimana sesungguhnya ciri khas dari dunia digital. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Baca juga: Tentara Israel Paksa Diplomat Muslim Taiwan Baca Alquran
Dakwah analog. Misalnya, dalam khutbah jumat yang merupakan dakwah analog ini para jamaah tidak diperkenankan untuk mengajukan pertanyaan saat khutbah berlangsung.
Berbeda dengan dakwah digital yang terbuka dan dapat menerima umpan balik secara langsung. Keterbukaan ini adalah ciri khas utama dalam dunia digital.
“Keterbukaan dalam dakwah digital adalah tantangan baru bagi para dai. Mereka harus siap dengan kecepatan penerimaan pesan dakwah kepada khalayak yang mungkin mereka secara fisik berbeda lokasi. Dalam waktu bersamaan, khalayak ini juga dapat secara langsung bertanya atau bahkan membantah pendapat yang dikemukakan oleh Dai tersebut,” kata peraih gelar master dari Universitas Ankara Turki ini.