REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Polemik pawang hujan di perhelatan MotoGP Mandalika, Nusa Tenggara Barat menuai pro dan kontra. Tak terkecuali terkait perspektif hukum Islam.
Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU), KH Mahbub Maafi, menyebut kejadian pawang hujan saat gelaran MotoGP di Mandalika, memang bukan bagian dari ajaran Islam. Meski begitu, dia berharap agar umat tidak mudah menghujat dan melabeli syirik seseorang.
"Kalau kita menghakimi orang dengan cara pandang kita, maka semua akan salah. Kalau dia bukan Muslim terus kita hakimi dengan cara kita, ya semuanya salah. Sama mereka juga memandang begitu," jelas Kiai Mahbub kepada Republika.co.id, Selasa (22/3/2022).
Sebagai Muslim, katanya, memang perlu mengatakan bahwa suatu yang jelas kesalahannya dalam syariat. Namun, itu tidak menghalangi Muslim untuk berperilaku sesuai ketentuan Islam juga.
"Dalam konteks ini kita boleh tidak setuju, tapi kita harus katakan kalau itu memang sesuatu yang salah kita harus katakan. Tapi nggak perlu menghujat, ini cara kita berdakwah dan mendakwahkan ajaran kita," katanya.
Terkait penggunaan jasa pawang hujan di gelaran MotoGP, dirinya mengakui tidak setuju dengan tindakan tersebut. "Saya juga nggak setuju cuma kan nggak perlu menghujat. Walaupun nyatanya tetap hujan kok. Tapi ya lucu memang zaman sekarang masih ada kayak gitu," ujarnya.
Dia juga berharap agar umat tidak mudah melabeli tindakan seseorang sebagai syirik. Terlebih jika tidak mengetahui secara detail praktik yang dilakukan orang tersebut.
"Bahwa dalam Islam mendatangi dukun yang meminta tolong ke jin tidak boleh, iya. Tapi pertanyaannya apakah yang dilakukan orang yang dianggap dukun itu begitu semua? Kan nggak juga," jelasnya.