Kamis 17 Mar 2022 07:50 WIB

Warga Gaza Kritik Maraknya Pembangunan Masjid Mewah

Tingkat kemiskinan dan pengangguran di Jalur Gaza meroket.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
 Petugas keamanan Palestina menyaksikan penggali mekanis bekerja untuk membersihkan puing-puing di lokasi ledakan di pasar Al-Zawiya, di Kota Gaza, Gaza, Kamis, 22 Juli 2021. Sedikitnya satu orang tewas dan sekitar 10 orang terluka Kamis ketika ledakan itu menghancurkan sebuah rumah di pasar yang populer, kata kementerian dalam negeri.
Foto: AP/Adel Hana
Petugas keamanan Palestina menyaksikan penggali mekanis bekerja untuk membersihkan puing-puing di lokasi ledakan di pasar Al-Zawiya, di Kota Gaza, Gaza, Kamis, 22 Juli 2021. Sedikitnya satu orang tewas dan sekitar 10 orang terluka Kamis ketika ledakan itu menghancurkan sebuah rumah di pasar yang populer, kata kementerian dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Operasi militer Israel terus dilakukan di Jalur Gaza sehingga menyebabkan puluhan rumah hancur. Selain didera masalah ini, warga Gaza juga menghadapi persoalan lain yang disesalkan mereka, yaitu pembangunan masjid-masjid bergengsi dan mewah senilai jutaan dolar yang terus meningkat.

Dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan masjid-masjid mewah telah disayangkan oleh penduduk yang sebagian besar miskin di daerah kantong itu. Di antaranya adalah Masjid Imam al-Shafei di lingkungan al-Zaitoun dibangun dengan biaya 3,5 juta dolar, dan Masjid Al-Hassayna di Kota Gaza dengan biaya lebih dari 2 juta dolar.

Baca Juga

Kemudian pembangunan Masjid Al-Khalidi dan Masjid Salim Abu Muslim masing-masing memakan biaya melebihi 1 juta dolar. Lalu Masjid Agung di Khan Yunis adalah masjid mewah lainnya, selain Masjid Khalil al-Wazir Sheikh Ajlin, yang akan segera dibuka.

Mohammad al-Khalidi, warga Gaza, menumpahkan kekesalannya terhadap masjid-masjid mewah tersebut. Dia mengatakan, Kementerian Wakaf mengklaim bahwa para donatur yang mendanai pembangunan masjid ingin menghabiskan uang sebanyak itu untuk hal tersebut.

"Tetapi mengapa (kementerian) tidak memberi tahu para donatur bahwa ada ladang lain di Gaza di mana sumbangan itu bisa lebih bermanfaat. Masjid dapat dibangun dengan biaya yang wajar dan sisa donasi dapat digunakan untuk membangun rumah sakit, sekolah atau tempat tinggal, misalnya. Seorang Muslim dapat sholat di mana saja yang suci dan tidak membutuhkan dekorasi yang mahal dan mewah," katanya sebagaimana dilansir Al-Monitor, Kamis (17/8).

Khalidi mengakui, setiap orang bebas menggunakan uangnya sesuka hatinya, tetapi warga negara berhak bertanya bagaimana dana atau sumbangan negara dibelanjakan. "Kami berhak mengetahui mengapa Masjid Khalil al-Wazir dan masjid-masjid mewah lainnya dibangun dengan biaya selangit," katanya.

Khalidi menambahkan, pembukaan Masjid Khalil al-Wazir dalam beberapa bulan mendatang akan menimbulkan kegemparan di antara warga Gaza karena banyaknya masjid yang sudah ada di Gaza. Padahal di sana kekurangan rumah sakit dan jaringan pembuangan limbah.

"Misalnya, di daerah Beit Lahia di Gaza utara, Masjid Muslim Salim Abu dibangun dengan biaya 1 juta dolar, sementara tempat pembuangan sampah yang tidak diatur di daerah itu membahayakan kesehatan penduduk setempat dan lingkungan," tuturnya.

Tingkat kemiskinan dan pengangguran di Jalur Gaza meroket ke tingkat melebihi 89 persen tahun lalu, menurut Biro Pusat Statistik Palestina. Karena itu, masjid yang didekorasi dengan mewah memang tidak diinginkan dan tidak dapat diterima mengingat kondisi ekonomi dan kehidupan yang sulit di Gaza.

"Gaza telah mengalami banyak perang yang menyebabkan kehancuran ribuan rumah, sekolah, lembaga, asosiasi, pabrik, masjid, fasilitas infrastruktur dan lahan pertanian," kata Mohammad Abu Samra, pakar Islam dan Arab.

Menurut dia, tidak logis bagi keluarga untuk tetap tinggal di tempat terbuka atau membayar sewa karena rumah mereka belum dibangun kembali. "Tidak dapat diterima sekolah penuh sesak atau pabrik hancur sehingga pekerjanya kehilangan pekerjaan, sementara kami sedang membangun masjid mewah," ungkapnya.

Di setiap beberapa meter, Samra melanjutkan, ada masjid yang dibangun dengan biaya yang sangat tinggi. "Ini bertentangan dengan tujuan dasar masjid. Penampilan estetis masjid memang penting, tetapi kita harus menjauhi kemewahan dan kemewahan serta mempertimbangkan situasi dan kondisi kehidupan penghuninya," tuturnya.

Dekan Institut Al-Azhar Palestina, Imad Hamattu, dalam sebuah pernyataan tahun 2018 mengecam dekorasi masjid yang berlebihan sebagai salah satu tindakan terlarang dalam Islam. Dia mendesak perlunya pengaturan anggaran yang sederhana untuk pembangunan masjid.

Hamattu juga mengimbau agar donatur menyalurkan dananya untuk membangun sekolah dan rumah sakit, yang merupakan amal kebaikan yang dibalas oleh Allah SWT. "Perhatian juga harus diberikan kepada keluarga yang membutuhkan di Gaza dan untuk membangun rumah mereka yang hancur," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement