Ahad 13 Mar 2022 06:07 WIB

Pemilu India 2024, Harapan Sekaligus Kekhawatiran Ratusan Juta Muslim  

Umat Muslim India berharap perbaikan nasib dari Pemilu 2024

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
 Umat Muslim India Ilustrasi. Umat Muslim India berharap perbaikan nasib dari Pemilu 2024
Foto: EPA-EFE/RAJAT GUPTA
Umat Muslim India Ilustrasi. Umat Muslim India berharap perbaikan nasib dari Pemilu 2024

REPUBLIKA.CO.ID, NEWDELHI— Partai India, Bhartiya Janata Party (BJP) yang berkuasa saat ini telah mempertahankan kekuasaan di negara bagian terpadat di negara itu, Uttar Pradesh. 

Capaian yang dalam pemilihan 2024 mendatang dipandang sebagai ujian popularitas Perdana Menteri Narendra Modi ketika dia mencari  masa jabatan ketiga. 

Baca Juga

BJP memenangkan 270 dari 403 kursi di majelis negara bagian, lebih dari 202 kursi yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan negara bagian Uttar Pradesh. 

Kemenangan gemilang membuat BJP menjadi partai politik pertama dalam lebih dari tiga dekade yang memenangkan masa jabatan berturut-turut di negara bagian yang jadi penentu arah. 

Seperti diketahui, Uttar Pradesh adalah rumah bagi lebih dari 220 juta dari 1,32 miliar penduduk India.  Negara bagian ini mengirimkan sebagian besar legislator (80) ke parlemen nasional negara tersebut.   

Ketua Menterinya, Yogi Adityanath, yang baru saja memenangkan masa jabatan keduanya, adalah seorang biksu Hindu yang berubah menjadi politisi yang diyakini oleh beberapa pakar politik sebagai calon pengganti Modi di panggung nasional. 

Adityanath secara terbuka mendukung agenda nasionalis Hindu partainya.  Dia menyangkal menjadi anti-Muslim, tetapi kenaikannya ke kekuasaan di negara bagian itu bertepatan dengan kejahatan kebencian dan kekerasan anti-Muslim di sana, termasuk hukuman mati tanpa pengadilan.

Selain Uttar Pradesh, BJP juga memenangkan pemilu di negara bagian Uttarakhand, Manipur, dan Goa pekan ini.  Partai tersebut hanya kalah di salah satu dari lima negara bagian yang menyelenggarakan pemilu, yakni Punjab. 

Pemilihan ini diadakan setelah beberapa gelombang mematikan Covid-19, yang menghancurkan ekonomi negara itu, memperburuk pengangguran dan inflasi.  Itu juga terjadi setelah protes luas oleh petani yang merupakan tantangan terbesar bagi pemerintah Modi hingga saat ini. 

 "Tetapi kecemasan ekonomi rakyat tidak diterjemahkan ke dalam pemungutan suara melawan BJP, seperti yang diperkirakan banyak orang," kata seorang rekan senior di Center for Policy Research, sebuah think-tank India, Neelanjan Sircar dilansir dari CBS News, Kamis (10/3/2022). 

 "Ideologi Hindu selalu menjadi faktor kemenangan BJP," kata Sircar, mengacu pada kebijakan nasionalisme budaya yang diadopsi secara resmi oleh partai. Tetapi dia mengatakan hasil pemilihan Kamis juga tentang kemampuan BJP untuk membangun narasi tentang masalah dan kepribadian  di sekitar Modi.

India, menurut catatan, adalah rumah bagi lebih dari 200 juta Muslim.  Para kritikus BJP mengatakan partai tersebut dengan sengaja mempolarisasi politik nasional di sepanjang garis sektarian dan minoritas yang terpinggirkan, mengutip undang-undang kewarganegaraan baru yang kontroversial, larangan jilbab, dan bahkan pidato politisi yang menganjurkan serangan terhadap Muslim. 

Baca juga: 3 Tanda yang Membuat Mualaf Eva Yakin Bersyahadat

BJP menegaskan bahwa slogan inklusifnya adalah "sabka sath, sabka vikas," atau "dukungan semua orang, pengembangan semua orang." 

Tetapi organisasi sayap kanan di negara itu berbicara secara terbuka tentang visi mereka untuk mengubah India sekuler menjadi Rashtra (bangsa) Hindu, dan para aktivis khawatir BJP diam-diam akan membiarkan hal-hal bergerak ke arah itu, yang bisa berarti hak-hak Muslim dibatasi, dan meningkatnya kekerasan. 

"Ketakutan saya adalah, ketika orang melihat apa yang terjadi di Uttar Pradesh, model baru bagi seseorang yang mencoba muncul di dalam BJP adalah menjadi lebih agresif," kata Sircar.

 

Sumber: cbsnews

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement