REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Pengurus Besar Al Jami'yatul Washliyah mendorong agar Indonesia menjadi penengah bagi Rusia-Ukraina. Ketua Umum Al Washliyah, KH. Masyhuril Khamis menilai penyebab perang Ukraina dengan Rusia lebih dikarenakan soal martabat dan harga diri.
Menurutnya Rusia merasa terusik karena Amerika mencoba menarik Ukraina masuk dalam NATO. Sebagai pemilik Hak Veto PBB dan salah satu pemenang perang Dunia Pertama, Rusia merasa tersinggung. Sementara itu menurut kiai Masyhuril, Ukraina merasa jumawa karena adanya dukungan NATO. Menurutnya konflik Ukraina-Rusia akan mudah diselesaikan dengan komunikasi dan diplomasi agar tidak menambah jumlah korban dan kerugian yang akan jauh lebih parah, bahkan bisa mengarah kepada perang dunia ketiga. Karena itu, menurutnya perlu ada pihak yang menjadi penengah dalam konflik Rusia-Ukraina.
"Inilah peran yang harusnya dilakukan Indonesia dalam meredam peperangan ini dengan cara damai, santun dan bermartabat sesuai amanat Pembukaan UUD 1945 dengan implementasi Politik Bebas Aktif. Mengapa tidak, Indonesia mengusulkan salah satu Provinsi di Indonesia sebagai tempat runding damai perang Ukraina dan Rusia. Kami yakin, Ukraina dan Rusia akan berdamai," kata Kiai Masyhuril Khamis kepada Republika pada Jumat (4/3/2022).
Kendati demikian kiai Masyhuril menyarankan bila Indonesia memainkan perannya sebagai penengah konflik Rusia-Ukraina, maka menurutnya pemerintah perlu melibatkan organisasi Islam sebagai pendukung dan memberikan masukan bagi Indonesia sebagai penengah.
Kiai Masyhuril mengatakan peperangan pasti berdampak pada perubahan peradaban kemanusiaan. Kerusakan sosial dan tatanan akan terjadi dan menimbulkan luka yang membekas. Disamping itu pemulihannya juga pasti berdampak kepada biaya, waktu dan tenaga yang besar. Menurutnya setiap pihak harus belajar dari bagaimana terjadinya kerusakan sosial, ekonomi dan budaya sebagai dampak perang dunia Pertama dan Kedua. Peristiwa Revolusi Industri di Inggris, Revolusi Kebudayaan di Cina, Bom Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, Genosida di beberapa negara.
Kiai Masyhuril mengatakan Indonesia juga mengalami bagaimana keburukan dari sebuah perang. Baik pada masa kolonialisme sampai dengan pemberontakan yang terjadi di Indonesia paska kemerdekaan. Maka dalam mewujudkan kedamaian dan sekuat mungkin menghindari perang, Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 memandatorikan sikap bagi semua anak bangsa bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
"Inilah yang menjadi satu fundamental Indonesia lebih memilih Politik Bebas Aktif dalam menyikapi perang dalam bentuk apapun di dunia," katanya.