Sabtu 12 Feb 2022 05:58 WIB

Kisah Puji dan Agus, Suami Istri yang Bersama-sama Masuk Islam

Suami istri Puji dan Agus bersama-sama masuk Islam dan ikrar syahadat

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Suami istri Puji dan Agus bersama-sama masuk Islam dan ikrar syahadat
Foto:

Wanita yang kini berusia 38 tahun itu akhirnya sering merenung. Apakah memang Islam adalah agama yang benar? Lebih dari itu, mengapa hatinya cenderung tenteram saat menyaksikan ibadah-ibadah Muslimin? 

Pernah suatu hari, azan tersiar dari mushala dekat rumahnya. Panggilan sholat itu lantas disimak Puji sembari memejamkan kedua matanya. 

Tanpa disadari, air matanya meleleh membasahi pipi. Hatinya terbawa suasana syahdu. Diakuinya, ada perasaan haru yang timbul dari dalam dadanya begitu mendengar muazin mengucapkan: Asyhaduan laa ilaaha illa Allah. 

Tebersit muncul pemikiran bahwa Islam adalah agama yang benar-benar ingin diyakininya.Namun, gagasan itu tidak langsung diwujudkannya. Perlu berhari-hari sebelum akhirnya Puji berani mengambil langkah inisiatif. Ia pun menelepon seorang sahabatnya yang Muslim, Titin. 

Wanita asal Blitar, Jawa Timur, itu mengungkapkan niatnya untuk lebih mengenal agama Islam. Titin kemudian memberikan beberapa saran. Dengan antusias, Puji kembali bertanya, apakah mungkin seorang yang belum berislam untuk mempelajari ibadah-ibadah agama ini?Ternyata, hal itu bukanlah sebuah persoalan. 

Maka selama kira-kira satu bulan, Puji mempelajari sholat. Semua aspek ibadah itu ditelusurinya, mulai dari bacaan hingga gerakan sholat.Bahkan, ia juga membeli beberapa buku panduan shalat dan mukena. 

Sebulan telah berlalu. Kepada sahabatnya itu, Puji mengaku telah bertekad untuk menjadi seorang Muslimah. Ia pun bertanya, apa saja langkah yang mesti ditempuh untuk seseorang menjadi pemeluk Islam. 

Titin menjawab, pertama-tama seseorang mesti mengucapkan dua kalimat syahadat. Sebab, itulah hal pertama dari lima Rukun Islam. Dalam melafalkan asyhaduan laa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah, orang itu tidak boleh terpaksa atau dengan niat main- main. Ucapan mulia itu haruslah berasal dari hati yang tulus ikhlas. 

Puji kemudian menghubungi adik iparnya yang juga seorang mualaf. Ia berusaha untuk mencarikan seorang dai atau ustaz yang bisa membimbing nya bersyahadat. 

“Adik ipar saya sempat khawatir jika membimbing langsung. Sebab, watak Mas Agus, suami saya, yang keras dan takut dianggap memengaruhi saya. Maka, dia hanya memberikan kontak nomor telepon,” tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement