Rabu 26 Jan 2022 14:19 WIB

Terorisme tidak Ada Kaitannya dengan Semua Agama

Agama tak membenarkan terorisme.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
 Terorisme Tidak Ada Kaitannya dengan Semua Agama. Foto: ilustrasi terorisme
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Terorisme Tidak Ada Kaitannya dengan Semua Agama. Foto: ilustrasi terorisme

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid, menekankan tindakan terorisme tidak ada kaitannya dengan agama manapun. Hal ini merupakan pemahaman yang salah dari oknum beragama.

"Terorisme tidak ada kaitannya dengan semua agama, karena tidak ada agama yang membenarkan hal ini. Tetapi, terorisme berkaitan dengan pemahaman dan cara beragama yang salah dan menyimpang, dari oknum umat beragama yang bersangkutan," ujarnya dalam kegiatan Halaqah Kebangsaan I yang digelar BPET MUI, Rabu (26/1).

Baca Juga

Biasanya, perilaku ekstrimisme atau radikalisme yang menjadi pemicu terorisme didominasi oleh umat bergama yang menjadi mayoritas di suatu wilayah atau negara. Melihat kondisi ini, maka di Indonesia pelaku teroris mayoritasnya dilakukan oleh Muslim.

Mengingat aksi terorisme tidak ada kaitannya sama sekali dengan agama, ia menyebut tindakan tersebut yang mengatasnamakan Islam merupakan fitnah bagi Islam itu sendiri.

 

"Terorisme ini bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang agung, luhur, akhlakul karimah. Sekaligus ia menjadi musuh negara karena propaganda yang dibawa bertentangan dengan konsensus negara, seperti Pancasila, UUD 1945 dan NKRI," lanjut dia.

Brigjen Pol Ahmad lantas menyebut menjadi tugas bersama seluruh masyarakat Indonesia dalam mengatasi terorisme dan radikalisme ini. Perlawanan semesta bisa dilakukan dengan melibatkan segenap elemen bangsa dan negara.

Ia juga mengatakan, jika bangsa Indonesia memiliki regulasi yang melindungi idoelogi Pancasila, maka cita-cita dan tujuan nasional akan segera terwujud.

Terorisme merupakan gerakan manipulasi dan politisasi agama. Di sisi lain, ekstrimisme dan radikalisme merupakan paham yang akan menuju terorisme.

Salah satu indikasi dari radikalisme atau ekstrimisme adalah anti-pancasila dan pro-khilafah atau ideologi trans-nasional. Radikalisme agama merupakan gerakan politik dengan cara memanipulasi, mendistorsi dan mempolitisasi agama, untuk kepentingan kekuasaan yang tujuannya mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi mereka.

Indikator kedua, mereka sudah ekslusif dan intoleran pada keragaman atau perbedaan yang menjadi sunatullah. Batasan dari toleransi adalah intoleransi atas perbedaan.

"Kelompok radikal teroris yang memanipulasi dan mempolitisasi agama merupakan kelompok yang kurang piknik, sehingga tidak saling mengenal dan tidak mau memahami dan menghormati perbedaan. Mereka tidak mau memanusiakan di antara manusia yang berbeda, yang menjadi kodrat Ilahi," kata dia.

Lebih lanjut, indikasi ketiga dari radikalisme adalah anti pemerintahan yang sah. Sikap benci ini diperkuat dengan membangun ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah yang sah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement