REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pondok Pesantren Fajrussalam merupakan salah satu pondok pesantren yang tergabung dalam Satuan Pendidikan Muadalah (SPM) pola mu’allimin. Ponpes tersebutdi dirikan pada 31 Januari 2006. Ponpes yang diasuh oleh KH Mukti Ali Abdul Ghoni iru berlokasi di Desa Karang Tengah RT 04 RW 02, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Memasuki usia pesantren yang ke-16 pada tanggal 31 Januari 2022, Ponpes Fajurssalam menggelar tasyakur milad 2 windu. Salah satu rangkaian acaranya adalah bedah buku Api Tauhid: Cahaya Keagungan Cinta Sang Mujaddid, karya Habiburrahman El-Shirazy, Jumat (21/1).
Bedah buku tersebut dihadiri langsung Kang Abik – panggilan akrab Habiburrahman El-Shirazy Lc PgD. Kehadiran penulis yang yang digelari novelis nomor 1 Indonesia itu disambut sangat hangat penuh antusias oleh lebih dari seribu peserta yang terdiri dewan guru, santri, santriah, dan alumni.
Dalam sambutan pembukaan acara, Pimpinan Pondok Pesantren Fajrussalam, KH Mukti Ali Abdul Ghoni menyampaikan ungkapan syukur dan apresiasi atas kehadiran Kang Abik. “Saya mengajak kepada seluruh santri, santriah, dan alumni yang hadir untuk bisa meniru sosok kang Abik yang produktif dalam menulis dan berdakwah melalui karya tulis,” kata KH Mukti Ali seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Dalam penyampaian materi Bedah Buku Api Tauhid, Kang Abik menyampaikan motivasi dia dalam menulis Api Tauhid. Pertama, kesadaran sejarah. “Bahwa sejarah akan berulang, maka orang yang mengerti sejarah tidak akan terperosok dua kali. Keruntuhan Turki Utsmani harus menjadi pelajaran bagi Umat Islam,” ujar Kang Abik.
Kedua, ingin menyalakan api semangat Badiuzzaman Sa'id Nursi (tokoh utama dalam novel Api Tauhid, Red) kepada pembaca. “Semangat mencari ilmu, keberanian dalam menyampaikan kebenaran, dan menyelamatkan umat dari kekufuran,” tuturnya.
Ketiga, berjuang (berjihad) dengan karya. “Badiuzzaman Sa'id Nursi saja bisa berkarya dari bilik penjara 25 tahun dengan karya fenomenalnya, Rosailunnur,” tegasnya.
Selain itu, kang Abik pun memotivasi santri untuk mencari ilmu dengan meniru semangat mencari ilmu sang Mujaddid Sa'id Nursi yang keluar masuk daerah hanya demi ilmu. Semangat menghapal Alquran, memahaminya, menghayatinya, dan mengamalkannya. “Dan juga semangat nasionalisme, karena Said Nursi ikut terlibat dalam Perang Dunia Pertama,” paparnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kang Abik juga berpesan kepada para orangtua, bahwa untuk memiliki anak seperti sosok Said Nursi -- yang diberi gelar Badiuzzaman (keajaiban zaman) karena kejeniusannya yang hapal 80 kitab induk dalam berbagai disiplin ilmu di usia remaja dan juga buku-buku eksak di usia muda, keberaniannya dalam menegakan kebenaran, dan ahli ibadah -- tidak terlepas dari sosok ayahnya (Mirza) yang memperhatikan kehalalan makanan supaya tidak ada makanan haram yang di konsumsi. “Dan juga sosok ibunya (Nuriye) yang senantiasa menjaga wudlu, bahkan tidak pernah menyusi putranya (Said Nursi) Kecuali dalam keadaan berwudlu,” ujar Habiburrahman El-Shirazy.