REPUBLIKA.CO.ID, — Maldives Police Service (MPS) dan Maldives National Defense Force (MNDF) meluncurkan operasi gabungan bernama Gulhigen. Pembentukan Gulhigen dirumorkan berkaitan dengan aksi terorisme yang terjadi di negara tersebut.
Belum ada penjelasan lebih rinci yang tersedia berkaitan dengan rumor terorisme ini. Akan tetapi, pada 7 Januari 2022, MPS menangkap seseorang yang diduga berkaitan dengan terorisme dalam sebuah operasi. Penangkapan ini terjadi di pulau Vilimale, Maladewa.
Sebelumnya, selama empat tahun berturut-turut hingga 2021, Maladewa tidak pernah mencatat adanya aksi terorisme yang berujung pada fatalitas.
Aksi terorisme terakhir yang berkaitan dengan kematian di Maladewa terjadi pada 23 April 2017. Kala itu, seorang afiliasi Alqaeda lokal membunuh blogger bernama Yameen Rasheed.
Akan tetapi, sebuah serangan teroris besar yang terinspirasi Negara Islam Irak Suriah (ISIS) pernah terjadi pada 6 Mei 2021. Saat itu, mantan presiden Maladewa, Mohamed Nasheed mengalami cedera serius akibat terkena ledakan improvised explosive device (IED) yang terjadi di area luar rumahnya, di Male, Maladewa.
Baca juga: Mualaf Erik Riyanto, Kalimat Tahlil yang Getarkan Hati Sang Pemurtad
Ledakan tersebut juga membuat para pengawal dan dua orang pejalan kaki turut mengalami cedera ringan. Dua pejalan kaki tersebut terdiri dari satu warga lokal dan seorang warga Inggris.
Salah satu pelaku peledakan tersebut, Adhuham Ahmed Rasheed, menerima vonis hukuman pada 14 Desember 2021. Pelaku menerima hukuman penjara selama 23 tahun, enam bulan, dan sembilan hari karena berupaya membunuh Nasheed.