Sabtu 15 Jan 2022 15:15 WIB

Ujaran Kebencian Kian Menjamur di Bosnia dan Serbia, Ini Reaksi PBB

PBB prihatin meningkatnya ujaran kebencian di Bosnia dan Serbia

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nashih Nashrullah
Bendera raksasa Serbia di Sarajevo, Bosnia, Ahad  (9/1/2022). PBB prihatin meningkatnya ujaran kebencian di Bosnia dan Serbia
Foto: AP/AP
Bendera raksasa Serbia di Sarajevo, Bosnia, Ahad (9/1/2022). PBB prihatin meningkatnya ujaran kebencian di Bosnia dan Serbia

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA— PBB sangat prihatin atas ujaran kebencian yang mulai menjamur di Bosnia dan Herzegovina, serta Serbia. Hal ini memicu kecemasan dan ketegangan di masyarakat. 

Juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Liz Throsell mengatakan, bahwa insiden yang terjadi baru-baru ini menargetkan komunitas tertentu dengan ujaran kebencian yang menghukum penjahat perang. 

Baca Juga

Dalam beberapa kasus, ujaran kebencian itu secara langsung memicu kekerasan terlebih mendekati pemilihan umum di dua negara tersebut. 

"Tindakan ini, yang terjadi di tengah hari raya keagamaan akhir pekan lalu, termasuk sekelompok besar orang yang meneriakkan nama terpidana perang Ratko Mladic selama prosesi obor atau menyanyikan lagu-lagu nasionalis," ujarnya seperti dikutip laman Anadolu Agency, Sabtu (15//1/2022). 

Throssell mengatakan lagu-lagu itu menyerukan pengambilalihan beberapa lokasi di bekas Yugoslavia. Dalam satu insiden, orang-orang melepaskan tembakan ke udara saat mereka melewati sebuah masjid.

Tindakan tersebut terjadi di beberapa lokasi di entitas Republika Srpska Bosnia dan Herzegovina, termasuk Bijeljina, Prijedor, Foca, Gacko, Visegrad, serta di Distrik Brcko, Priboj, dan Novi Pazar di Serbia. 

"Ini adalah tahun ketika pemilihan umum dijadwalkan di Serbia pada April, dan kemudian pada bulan Oktober di Bosnia dan Herzegovina, di mana lingkungan politik sudah sangat tegang," kata Throssell. 

Pejabat kantor hak asasi PBB mengatakan, beberapa insiden terjadi di lokasi yang menyaksikan kejahatan kekejaman skala besar selama perang di Bosnia dan Herzegovina, seperti Prijedor dan Foca. 

Throssell mengatakan kegagalan untuk mencegah dan memberikan sanksi atas tindakan semacam itu merupakan hambatan signifikan untuk membangun kepercayaan dan rekonsiliasi. 

Hal ini juga yang memicu kecemasan, ketakutan, dan ketidakamanan yang ekstrem di beberapa komunitas. 

"Meningkatnya ujaran kebencian, penolakan genosida dan kejahatan kekejaman lainnya, dan pemuliaan penjahat perang di Balkan Barat menyoroti kegagalan untuk mengatasi masa lalu secara komprehensif," katanya. 

Kantor hak asasi PBB menekankan bahwa pihak berwenang di Serbia dan Bosnia dan Herzegovina harus mematuhi kewajiban hak asasi manusia internasional mereka untuk memastikan hak atas kebenaran, keadilan, dan reparasi.

"Kami meminta mereka untuk mengutuk dan menahan diri dari advokasi kebencian nasional, ras, atau agama," kata Throssell. 

Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan pada Rabu pekan ini bahwa negara itu tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang melanggar perdamaian. Ini mengacu pada insiden nasionalis baru-baru ini di kota Priboj, Serbia barat daya yang ia kunjungi menyusul beberapa insiden anti-Bosniak. 

"Semua yang bertanggung jawab menyebabkan masalah akan diberi sanksi, dan kita harus mengajari anak-anak kita bagaimana hidup bersama," kata Vucic. 

"Priboj adalah ujian apakah kita manusia atau bukan, dan tidak boleh terjadi bahwa anak-anak bernyanyi untuk seseorang tentang penembakan di masjid," kata Vucic. "Ketika kita menghormati gereja, ikon, dan biara kita, kita harus menghormati Muslim juga," ujarnya menambahkan.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement