REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil secara resmi membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ke-4, Milad ke-9 dan Silaturahmi Bisnis (Silabis) ke-13 Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia (ISMI) yang digelar di Bandung pada 10-12 Desember 2021. Agenda ini bertajuk ‘'Membangun Ekonomi Umat Melalui Teknologi Inovasi dan Pengembangan Industri Halal’’.
Emil, sapaannya, menyampaikan, saat ini Indonesia berada dalam era disrupsi yang mengakibatkan banyaknya perubahan karena transformasi digital. Pandemi Covid-19, menurutnya, juga menuntut semua pihak untuk melakukan transformasi tersebut dan melek teknologi digital.
Mantan Wali Kota Bandung itu mengingatkan untuk tidak terus berada di zona nyaman dalam era disrupsi sekarang ini. Sebab, teknologi akan terus berkembang. Ini terlihat dari adanya kriptokurensi sebagai buah kemajuan teknologi digital. "Jangan kaget juga kalau ada anak cucu Anda menyalip (dalam hal melek digital)," tutur dia dalam pidato pembukaan.
Emil mengatakan, di era transformasi digital ini jangan sekadar menjadi supporter yang memanfaatkan teknologi digital untuk keperluan pribadi. Para pengusaha perlu menjadi driver, yaitu memanfaatkan teknologi digital untuk berbisnis.
Pada tingkat yang lebih tinggi lagi, ada yang disebut enabler dengan contoh Google yang membuat sistem sehingga setiap orang dapat berkreasi melaluinya.
Tahap selanjutnya disebut transformer, yaitu kemampuan bertransformasi di dalam perubahan, yang contohnya adalah ojek online, buah dari transformasi. Tingkat berikutnya yaitu disruptor, yang memiliki kemampuan mendisrupsi para pebisnis lama.
"Dulu transformasi digital ini sekadar pilihan dan bukan paksaan seperti yang terjadi di saat pandemi Covid-19 yang membuat selamat di tengah disrupsi," ucapnya.
Agenda ISMI ini turut dihadiri Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia, Jusuf Kalla (JK). Dalam acara ini, kehadiran JK sekaligus untuk menandatangani nota kesepahaman dengan ISMI dalam program pengembangan ekonomi di berbagai masjid di Indonesia.
Saat tampil sebagai pembicara kunci, JK juga menyinggung persoalan transformasi digital sekarang ini. Baginya, teknologi menimbulkan pembaruan dalam dunia usaha dan merupakan sesuatu yang baik.
Dia mencontohkan, teknologi dulu sempat dikhawatirkan karena bisa mengikis tenaga kerja dalam industri. Namun, sebetulnya dengan teknologi itu pulalah bisa berdiri pabrik-pabrik yang baru sehingga membutuhkan lebih banyak tenaga kerja.
JK mengingatkan, syarat menjadi pengusaha adalah semangat, kerja keras, ide, dan konsistensi. Namun, meski bekerja keras, tidak otomatis makmur bila tidak bekerja secara baik. Contohnya adalah petani yang bekerja keras mencangkul dari pagi sampai sore. Jika dikerjakan dengan traktor, tentu hasilnya lebih baik.
"Teknologi itu syarat kemajuan. Apapun sumber daya alam kita, tetap itu akan habis. Karena itu, yang terpenting adalah ilmu pengetahuan teknologi. Gabungan ini, jika tidak dilakukan justru makin besar gap-nya antara si miskin dan si kaya, dan ini berbahaya bagi bangsa ini," ujar dia.
JK pun menyampaikan, bangsa ini sebetulnya didirikan oleh pengusaha. Ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama itu didirikan oleh kelompok pengusaha bernama Nahdlatul Tujjar. Pendiri Muhammadiyah pun seorang pengusaha batik.
"Dalam sejarah bangsa ini, justru kepeloporan itu ada di tangan para pengusaha. Dan mengapa Islam di Indonesia moderat, beda dengan Timur Tengah, karena Islam di Indonesia dibawa oleh pedagang, dari Yaman, dari Gujarat.’’