REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PWNU DKI Jakarta melantik Pengurus Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (LBM PWNU) DKI Jakarta di Aula PWNU DKI Jakarta, Jalan Utan Kayu Raya No.112, RT.1/RW.9, Utan Kayu Utara, Kec. Matraman, Kota Jakarta Timur, Jakarta.
Pelantikan dihadiri oleh Pengurus PWNU DKI Jakarta, yaitu Rois Suryah KH. Muhyiddin Ishaq, Khatib Suryah KH. Lukmanul Hakim Hamid, Ketua Tanfizd PWNU DKI Jakrta Dr. KH. Samsul Maarif, MA, Penasihat LBM PWNU DKI Jakarta KH. Fuad Thohari, MA, dan dihadiri pula oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Ir. H. Ahmad Riza Patria, MBA., dan seluruh jajaran pengurus LBM PWNU DKI Jakarta.
Baiat dan pelantikan dibacakan dan dibimbing oleh KH. Lukman Hakim Hamid, Katib Suryah PWNU DKI Jakarta, dan diikuti oleh seluruh pengurus LBM PWNU DKI Jakarta periode 2021-2026. Pengurus LBM PWNU DKI Jakarta periode 2021-2026 yang hadir dilantik yaitu; KH. Mukti Ali Qusyairi, KH. Zainul Ma’arif, KH. Musoffa Ihsan, Kiai Ahmad Fuad, KH. Mujahiddin Nur, Kiai Ali Mursyid, Kiai Saepullah, Ibu Nyai Dalliya Hadirotal Qudsiyah, Ibu Nyai Amirah Nahrawi, Ibu Nyai Izza Farhatin Ilmi, Kiai Faruq Hamdi, Kiai Rodilansyah, Kiai Sapri Saleh, Kiai Ahmad Hilmi, Kiai Suyuthi, Kiai Kam Taufiq, Kiai Agus Khudhori, Kiai Imam Sobarul Azim, Kiai Muhammad Khoiron, Kiai Ade Pradiansyah, Kiai Fairuz Abadi, Kiai Fakhrurazi, Kiai Mahfudz Rozak, Kiai Didit Soleh, Kiai Jamaluddin Junaidi, Kiai Sumardiyansyah, dan Kiai Fakhrurozi.
Dalam sambutan lewat keterangan tertulis kepada Republika.co.id, KH. Muhyiddin Ishaq menegaskan, bahwa Jakarta mempunyai problem yang sangat kompleks, sehingga permasalahan yang ada di masyarakat sangat beragam yang membutuhkan jawaban keagamaan yang arif dan bijaksana. Perbedaan dalam hasil Bahtsul Masaail bukan sesuatu yang tabu di NU, karena masalah kemasyarakat antara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan wilayah lain bisa berbeda lantaran situasi dan kondisi yang berbeda. Hasil Bahtsul Masail pun bisa jadi berbeda. Menurut dia, ini merupakan kekhasan LBM NU.
Kiyai Muhyiddin juga menegaskan bahwa LBM PWNU DKI Jakarta harus berani berpendapat sekalipun pada akhirnya kontroversial dan ‘genit’. Dia menjelaskan, sikap genit tak masalah asalkan bertanggungjawab dengan berlandaskan dalil, penalaran dan penggalian hukum (istinbath al-ahkam), dan argumentasi yang kuat.
Dr. KH. Syamsul Maarif, MA. Menyatakan dalam sambutannya bahwa hasil-hasil LBM PWNU DKI Jakarta harus dibukukan, sebagai jawaban dari tantangan jaman. Periode yang lalu LBM NU DKI sudah berhasil membukukan hasil bahtsul masail dalam satu buku. Dan diharapkan agar pengurus LBM PWNU DKI periode 2021-2026 bisa lebih produktif lagi. Senada dengan penasihat LBM Dr. KH. Fuad Thohari, MA. Berharap agar hasil Bahtsul Masail dari LBM PWNU DKI Jakarta dapat menjadi karya yang tersebar dan dibaca ummat, bukan hanya di Indonesia akan tetapi level dunia. LBM PWNU DKI juga menjadi motor LBM yang ada di Pengurus Cabang NU yang ada di Jakarta, dan mengadakan bahtsul masail minimal sebulan sekali di pesantren-pesantren yang ada di Jakarta, seperti Pesantren Miftahul Ulum, Pesantren al-Hamid, al-Siddiqiyah, dan yang lainnya. Demikian pula dengan Katib Suryah KH. Lukman Hakim, LBM harus mempunyai mimpi yang besar, dengan tetap sesuai dengan arahan Pembina.
KH. Mukti Ali Qusyairi, MA selaku Ketua LBM PWNU DKI Jakarta, dalam kesempatan tersebut melaporkan, dalam kepemimpinannya priode 2021-2026, telah terbentuk beberapa komisi di dalam LBM PWNU DKI Jakarta, yaitu komisi Waqi’iyyah yaitu membahas mengenai permasalahan-permasalahan realitas keseharian dan kekinian; Komisi Maudhu’iyah yang membahas kajian tematik; Qanuniyyah yang membahas undang-undang dan hukum negara; Komisi Manhajiyah yang membahas tentang problematika metodologi; Komisi Kharijiyah-al-dauliyyah yaitu komisi yang membahas masalah-masalah luar negeri dan isu internasional; dan Komisi Kontra Radikalisme dan Terorisme.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ir. H. Ahmad Riza Patria, MBA dalam sambutannya menyatakan bahwa NU merupakan ormas garda terdepan yang menyelamatkan bangsa dari penjajahan dan ormas-ormas terlarang di Indonesia. NU adalah ormas yang selalu menjaga kebinekaan, di mana yang mayoritas harus mengayomi yang minoritas, dan minoritas harus menghormati yang mayoritas. Salah satu ciri NU adalah menggunakan landasan “al-muhafadzhah ‘ala al-qadim al-shalih wa al-akhdu bi al-jadid al-ashlah” (menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik).

Dia menilai, ini prinsip yang sangat baik, di mana NU memelihara tradisi lama sembari mengembangkan inovasi dan hal-hal baru yang lebih baik. Dengan demikian LBM PWNU DKI Jakarta, di masa digital ini, perlu berinovasi untuk merespon tantangan dan persoalan yang ada.
Menurut Wagub, LBM sebagai think tank dibutuhkan untuk merespon perkembangan yang sangat cepat ini, terlebih DKI merupakan pusat segalanya. LBM dibutuhkan hadir untuk menjadi jembatan, landasan, rujukan, dan memberikan warna bagi keputusan-keputusan pemerintah.