Dia menghabiskan waktunya sendirian, melihat foto putranya Yasser selama berjam-jam. Ia menambahkan, tak ada anak lain yang bisa menggantikan.
Trauma kehilangan membuatnya tidak bisa menyusui bayinya yang lain, tidak bisa tidur nyenyak semalaman, atau makan enak berbulan-bulan setelah melahirkan.
"Payudara saya tidak bisa menghasilkan susu, jadi saya memberikan anak saya susu formula. Saya hanya bersyukur kepada Tuhan karena melahirkan bayi yang sehat, terlepas dari keadaan dan semua yang saya lalui," katanya.
Tetangganya melahirkan bayi prematur di rumah sakit dan bayinya masih di inkubator sampai bernapas dengan baik. Di Gaza, kenyataan hidup tragis seperti itu menjadi lazim.