REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – Pemerintah Pakistan membebaskan pemimpin Islam garis keras dan Ketua Tehrik-e-Labaik Pakistan (TLP), Saad Rizvi, pada Kamis (18/11).
Pembebasan ini dilakukan sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri protes mematikan selama berpekan-pekan oleh para pengikut Saad Rizvi.
"Saad Hussain Rizvi, kepala kelompok militan Sunni, dibebaskan dari sebuah penjara di kota Lahore," kata juru bicara pemerintah Pakistan, Hassan Khawar, kepada Reuters, dilansir dari Times of India, akhir pekan lalu (20/11).
Pekan lalu, pemerintah telah menghapus nama Rizvi dari daftar pantauan terorisme. "Alhamdulillah sekarang sudah bebas," kata pengacaranya, Muhammad Rizwan.
Pembebasan tersebut dilakukan setelah pemerintah Perdana Menteri Imran Khan menyetujui kesepakatan dengan TLP
bahwa mereka akan membebaskan seluruh anggota gerakan TLP yang ditahan, termasuk Rizvi, sebagai imbalan untuk mengakhiri protes.
Oposisi Partai Rakyat Pakistan (PPP) telah mengecam keras kesepakatan antara TLP dan pemerintah. PPP menggambarkan kesepakatan tersebut sebagai penyerahan oleh pemerintah.
Tehrik-e-Labaik, yang diartikan sebagai "Gerakan Pengikut Nabi", adalah kelompok ekstremis Islam Sunni yang telah melakukan serangkaian protes atas karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan di majalah satir Prancis, Charlie Hebdo. Kelompok itu juga menuntut pengusiran duta besar Prancis.
Tehrik-e-Labaik (TLP) didirikan oleh Khadim Hussain Rizvi pada 2015 dari kampanye protes untuk mencari pembebasan seorang penjaga polisi yang membunuh seorang gubernur provinsi pada 2011 atas seruannya untuk mereformasi undang-undang penistaan agama. Selain memenuhi beberapa tuntutan, pemerintah Pakistan juga mengizinkan TLP untuk ikut serta dalam pemilu.
TLP memasuki politik pada 2017 dan mengejutkan elite politik dengan mengamankan lebih dari 2 juta suara dalam pemilihan 2018.
Partai politik arus utama di Pakistan telah sering membentuk aliansi dengan kelompok teror dan menggunakan agama untuk memajukan agenda politik mereka.