Senin 22 Nov 2021 15:02 WIB

Kerusuhan India, Sekutu Hindu-Muslim, dan Puasa Gandhi

India pernah dilanda kerusuhan komunal pada 1921 di era Gandhi

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
India pernah dilanda kerusuhan komunal pada 1921 di era Gandhi. Ilustrasi Kota Mumbai
Foto:

Pada pertemuan dan publikasi Kongres, dia memberikan ruang politik yang signifikan kepada perwakilan minoritas, yang menyuarakan keraguan mereka tentang taktik Gandhi dan kekhawatiran mereka tentang dorongan mayoritas. 

Hal yang paling luar biasa, Gandhi dengan mantap mengganti slogan persatuan Hindu-Muslim dengan yang baru, yaitu "Persatuan Hindu-Muslim-Sikh-Parsi-Kristen-Yahudi". 

Itu adalah ungkapan yang berat, tetapi berhasil. Hal ini berhasil membantu meyakinkan minoritas yang lebih kecil bahwa mereka akan mendapat tempat di India yang merdeka. 

Sedikitnya 58 orang tewas dalam kerusuhan itu, sementara lebih dari satu dari enam pabrik minuman keras di Bombay diserang. Bagi Pangeran Wales, kerusuhan tersebut menandai awal yang tidak menyenangkan untuk turnya. Di tempat lain di India, dia disambut dengan pemogokan atau ancaman pembunuhan. 

Namun, diplomasi teguh Gandhi adalah alasan kerusuhan yang sekarang dilupakan. Dia menghilangkan momok mayoritarianisme, memastikan kerusuhan tidak melukai Bombay secara permanen. 

Kekerasan komunal, seperti yang ditunjukkan oleh Kerusuhan Pangeran Wales, sebagian besar merupakan konstruksi politik. Ini bukan produk dari perbedaan agama kuno yang tidak dapat dijembatani. 

Pada 1921, suasana politik mendorong umat Hindu dan Muslim untuk berjuang bersama melawan komunitas lain. Hanya beberapa tahun kemudian, setelah runtuhnya aliansi Kongres-Khilafat, umat Hindu dan Muslim terlibat dalam pertempuran yang lebih berdarah satu sama lain. 

Ada pelajaran lain dari sejarah ini. Mayoritarianisme adalah hal yang berubah-ubah dan berat. Kalkulus yang mendasarinya dapat bergeser dan terfragmentasi dengan cara yang tidak terduga, seperti yang terjadi di jalan-jalan Bombay pada 1920-an.

Mungkin itu sebabnya Gandhi berusaha keras menolak mayoritasisme, alih-alih menekankan toleransi bahkan terhadap minoritas terkecil sekalipun. 

Seratus tahun yang lalu, dia mengeluarkan peringatan, "Jika mayoritas bersatu hari ini untuk menindas yang lain, maka besok persatuan ini akan pecah di bawah tekanan keserakahan atau religiositas palsu". 

 

 

Sumber: bbc      

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement