REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat sebuah harapan atau rencana tidak berjalan sesuai keinginan, tidak sedikit orang yang jatuh dalam keputusasaan atau juga keterpurukan. Banyak juga yang menyalahkan Allah SWT atas hasil yang tidak sesuai keinginan ini.
Kondisi ini sebenarnya banyak dijelaskan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya dalam Alquran. Sebuah perumpamaan dibuat di salah satu ayat:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: "Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Maha mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al Baqarah: 216).
Dilansir dari About Islam, yang menjadi penekanan dalam ayat ini adalah, "Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." Ayat yang menyiratkan untuk bertawakal atau mempercayai ketetapan Allah SWT.
Seseorang yang telah bertawakal kepada Allah, tidak akan sampai terucap kata-kata putus asa seperti, "Kenapa ini terjadi padaku?," atau "Jika ini terjadi.." Kalimat “Allah Maha Mengetahui” mengajarkan manusia untuk berserah diri dan menerima semua ketetapan Allah karena Dia yang mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
Ketika menerima dengan lapang qadar Allah, ada dua hal yang seseorang dapatkan. Pertama, orang itu akan mendapat ketenangan hati (sakinah) dalam hidup. Kedua, Allah akan senang dengan kita dan membantu kita bersama atas hasil yang didapat.
Menantang Qadar
Jika sesuatu tidak terjadi persis seperti yang dibayangkan, orang-orang yang menantang atau menolak takdir akan menjadi sangat frustrasi, tertekan, marah, dan mungkin melampiaskannya pada orang lain. Hal ini terjadi karena kurangnya sakinah dan tidak menerima situasi yang dialami.