REPUBLIKA.CO.ID,BELARUS—Ketua komunitas Muslim Bohoniki, Polandia timur Maciej Szczęsnowicz mengaku tak kuasa menahan tangis saat kelihat keadaan para migran yang luntang-lantung di perbatasan. Banyak dari mereka yang tak sanggup lagi berdiri karena sangat lelah dan kelaparan, namun yang paling mengeris hati adalah suara tangisan dan jeritan anak-anak yang juga termasuk dalam kelompok pengungsi.
“Itu suara tangisan dan jeritan anak-anak. Itu hal terburuk,” kata dia, menambahkan bahwa kebanyakan migran berasal dari Timur Tengah.
Szczęsnowicz bersama komunitasnya mulai bekerja membantu mengumpulkan pakaian dan menyiapkan makanan untuk mereka. Dia juga membantu memasok makanan tentara dan petugas lain yang bertugas di wilayah perbatasan.
Mereka biasa mengolah dan menyiapkan makanan di sebuah restoran di wilayah perbatasan, mulai dari sup ayam hingga sayuran. Mereka biasa menyiapkan panci besar sup untuk tentara dan penjaga, berharap agar para migran juga dapat menikmati sup mereka.
Zona perbatasan merupakan wilayah terlarang dimana pengiriman barang atau makanan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki izin khusus, terdapat pagar kawat berduri yang membatasi dua wilayah. Ribuan migran telah berusaha selama berbulan-bulan untuk menyelinap melalui perbatasan timur Polandia dari Belarusia, berharap bisa menuju Eropa Barat.
Bagi politisi Polandia dan Uni Eropa, kedatangan para migran, yang sebagian besar adalah Muslim dari Timur Tengah, dipandang sebagai masalah untuk perlu dihentikan. Tetapi ada pula sejumlah besar orang Polandia yang memandang para migran sebagai manusia yang membutuhkan uluran tangan, ada yang telah mencari cara untuk membantu mereka.
Petugas medis telah pergi ke hutan untuk memberikan bantuan medis kepada migran yang berhasil lolos dari perbatasan, banyak dari mereka yang sakit atau terluka saat melarikan diri. Banyak pula sumbangan uang hingga makanan yang diberikan, hasil dari donasi orang-orang seluruh negeri yang dikumpulkan organisasi.
Sebagian besar sukarelawan beragama Katolik Roma. Tetapi Szczęsnowicz, mengepalai komunitas Muslim di Bohoniki, mengatakan bahwa komunitas Muslim juga turut mengambil peran untuk membantu para migran.
“Kami seharusnya membantu semua orang yang memasuki perbatasan Polandia. Semua orang ya, karena mereka manusia,” katanya.
Bertahan di wilayah perbatasan hingga hutan menjadi sangat mematikan, kata dia, ditambah kedatangan musim dingin. Sejauh ini dilaporkan setidaknya sembilan migran meninggal dunia. Szczęsnowicz mengaku khawatir jika angka kematian semakin tinggi. “Di sini akan ada lebih banyak kematian.”
Sumber: