Kamis 28 Oct 2021 00:04 WIB

Pengamat Kritik Program Inisiatif Hijau Arab Saudi

Inisiatif tersebut termasuk mencapai nol emisi gas rumah kaca pada 2060.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Pengamat Kritik Program Inisiatif Hijau Arab Saudi. Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman
Foto:

"Dalam jangka panjang juga akan terbayar untuk mengembangkan lebih lanjut teknologi CCUS (penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon) dan konsep ekonomi karbon sirkular, karena memerangi perubahan iklim adalah permainan yang panjang," tulisnya di Arab News.

Akan tetapi, yang lainnya mempertanyakan jalan Riyadh dalam menangani krisis iklim yang meningkat. Badan Energi Internasional (IEA), badan energi utama dunia, mengatakan pada Mei lalu bahwa pemerintah dan perusahaan harus segera menghentikan investasi dalam proyek minyak dan gas baru jika dunia ingin mencapai emisi karbon nol bersih pada 2050.

Pertanyaan juga menyeruak seputar keadaan teknologi penangkapan karbon saat ini yang dipromosikan oleh Saudi. Teknologi tersebut masih belum terbukti keefektifannya dan sangat mahal untuk digunakan untuk ekstraksi skala besar.

Tidak sulit untuk memahami mengapa kerajaan enggan bertindak cepat dan tegas untuk meninggalkan produksi hidrokarbon. Arab Saudi memiliki sekitar 16 persen dari cadangan minyak dunia.

Perkiraan menunjukkan sektor minyak dan gas menyumbang sekitar 87 persen dari pendapatan anggaran, 42 persen dari produk domestik bruto, dan 90 persen dari pendapatan ekspor.

Namun, dengan emisi gas rumah kaca yang terus meningkat dan kenaikan suhu global yang menyertainya, serta semua kerusakan lingkungan yang terkait, masih harus dilihat apakah teknologi penangkapan karbon dan miliaran pohon yang ditanam dapat meniadakan pembakaran massal bahan bakar fosil yang berkelanjutan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement