REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur KH Abdul Hakim Mahfudz atau yang akrab disapa Gus Kikin mengingatkan pesan KH Hasyim Asyari yang patut diketahui orang banyak. Bahwa Islam merupakan ajaran agama yang menghargai perbedaan.
"Salah satu pesan beliau, kalau perbedaan janganlah jadi sebab perpecahan. Perbedaan itu tidak prinsip dalam menjalankan agama. Banyak sekali pesan beliau yang kami terus gali tapi masih belum bisa sempurna. Karena minimnya literasi sejarah tentang itu," kata dia saat menerima rombongan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani di Jombang, akhir pekan lalu, Jumat (22/10).
Gus Kikin berharap paling tidak melalui Hari Santri ini kita bisa sampaikan kepada masyarakat bahwa kita ingin mengangkat peristiwa sejarah mengenai resolsui jihad.
“Sebab hanya sedikit catatan mengenai soal sejarah itu, maka kita ingin angkat bahwa banyak sekali peran-peran KH Hasyim Asyari yang sebetulnya sangat mendasar dalam rangka pembentukan negara Indonesia," kata dia.
Dia mengatakan, silaturahim antara lembaga pendidikan Tebuireng dengan partai politik akan saling mengakrabkan sekaligus menguatkan dalam upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. "Kujungan ini akan saling mengakrabkan dan menguatkan tujuan kita untuk mencapai kemaslahatan rakyat.
Sementara itu Muzani mengatakan, silaturahim yang dilakukan Partai Gerindra dengan berkunjung ke sejumlah ponpes ini adalah upaya untuk merajut hubungan persaudaraan guna membangun semangat kebersamaan bagi perjuangan kebangsaan Indonesia ke depan.
"Sejak kemarin kami keliling dari ponpes ke ponpes dan hari ini kami berkunjung ke Tebuireng bertemu Gus Kikin untuk silaturahmi. Kami sampaikan juga salam hormat kepada keluarga besar Tebuireng. Pak Prabowo tadinya sangat ingin ikut berkunjung ke sini dalam rangka memperingati Hari Santri, tapi beliau berhalangan hadir karena ada tugas tidak bisa beliau tinggalkan," kata Muzani.
Wakil Ketua MPR ini mengatakan, jasa-jasa KH Hasyim Asyari begitu luar biasa. Fatwa jihad yang dikeluarkan kemudian diikuti oleh seluruh santri, kiai, hingga pejuang kemerdekaan lainnya untuk mempertahakan Indonesia.
Peristiwa 10 November 1945 menjadi bukti nyata bahwa peran kiai dan peran santri adalah tonggak utama bagi penguat persatuan dan kesatuan di saat Indonesia baru saja merdeka.
Dia menuturkan peristiwa 10 November 1945 dalam pandangan Pak Prabowo adalah sebuah peristiwa yang penting bagi masa depan bangsa. Peran santri dan kiai sangat berjasa ketika Belanda bersama Inggris berupaya untuk merebut kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamirkan.
“Tapi atas dasar semangat santri dan kiai mengikuti perintah fatwa jihad yang dikeluarkan Hadhratussyekh KH Hasyim Asy'ari, akhirnya kemerdekaan Indonesia bisa kita pertahankan," ujar Muzani.
Hal itu pun yang ingin Gerindra contoh dalam melakukan perjuangan politik. Partai Gerindra ingin mengambil pelajaran penting dalam peristiwa sejarah ini.
Sebab, dalam berpolitik dibutuhkan loyalitas, konsistensi, serta integritas untuk memperjuangkan apa yang menjadi keinginan rakyat.
Dia menambahkan Resolusi jihad ini adalah sebuah cara untuk mencapai kemaslahatan bangsa. Perintah kiai adalah suatu hal yang pasti untuk kepentingan bangsa dan negara.
“Itulah yang ingin Gerindra contoh dalam berjuang di jalur politik. Masukan dan arahan dari kiai merupakan suatu hal penting bagi kami untuk kami perjuangankan di eksekutif maupun legislatif," jelas Muzani yang juga Ketua Fraksi Gerindra DPR itu.
Setelah bersilaturahim, Muzani bersama rombongan berziarah ke makam KH Hasyim Asyari dan Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.