REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada saat Muhammad SAW tumbuh menjelang dewasa, di Makkah terjadi perang Fijar. Perang ini adalah perang yang terjadi antara Bani Kinanah melawan kabilah Qais dan 'Aylan dari Bani Hawazin. Dan perang ini juga penyebabnya tak begitu jelas. Bahkan ada yang mengatakan perang ini timbul karena hanya sekedar pelampiasan nafsu konflik senjata suku-suku di Makkah belaka. Perang lazim kerap dianggap hal biasa bahkan layaknya pesta,
Banyak penulis sejarah Rasullah SAW mengatakan Muhammad muda mulai mengenal bagaimana cara memanggul senjata untuk memenangkan peperang dalam perang itu. Namun, penulis legendaris sejarah Muhammad dalam kurun moderen, Husen Haekal mengatakan, sejarah memang tidak memberikan kepastian mengenai umur Muhammad pada waktu Perang Fijar itu terjadi.
"Ada yang mengatakan umurnya lima belas tahun, ada juga yang mengatakan dua puluh tahun," tulis Husen Heikal dalam bukunya Sejarah Muhammad.
Mungkin kata dia, sebab perbedaan ini karena perang tersebut berlangsung selama empat tahun. Pada tahun permulaan ia berumur lima belas tahun dan pada tahun berakhirnya perang itu ia sudah memasuki umur dua puluh tahun.
Juga orang berselisih pendapat mengenai tugas yang dipegang Muhammad dalam perang itu. Ada yang mengatakan tugasnya mengumpulkan anak-anak panah yang datang dari pihak Hawazin lalu di berikan kepada paman-pamannya untuk dibalikkan kembali kepada pihak lawan.
"Yang lain lagi berpendapat, bahwa dia sendiri yang ikut melemparkan panah," katanya.
Tetapi, selama peperangan tersebut telah berlangsung sampai empat tahun, maka kebenaran kedua pendapat itu dapat saja diterima. Mungkin pada mulanya ia mengumpulkan anak-anak panah itu untuk pamannya dan kemudian dia sendiripun ikut melemparkan.
Beberapa tahun sesudah kenabiannya Rasulullah menyebutkan tentang Perang Fijar itu dengan berkata:
“Aku mengikutinya bersama dengan paman-pamanku, juga ikut melemparkan panah dalam perang itu; sebab aku tidak suka kalau tidak juga aku ikut melaksanakan.”
Sesudah Perang Fijar, Quraisy merasakan sekali bencana yang menimpa mereka dan menimpa Makkah seluruhnya. Karena itu semua disebabkan oleh perpecahan, sesudah Hasyim dan ‘Abdul-Muttalib wafat.
"Dan masing-masing pihak berkeras mau jadi yang berkuasa. Kalau tadinya orang-orang Arab itu menjauhi, sekarang mereka berebut mau berkuasa," katanya.